Senin, 30 April 2018

Terkapar Di Perjalanan

Terkapar Di Perjalanan   

Ada undangan dari seorang sahabat yang sekarang jadi pengusaha di Tawangmangu Solo untuk reunian. Yang ini bukan reunian sekolahan tetapi kumpul-kumpul mantan pengurus sebuah Yayasan puluhan tahun yang lalu. Untuk memperjelas cerita, di awal tahun sembilan puluhan kami mendirikan sebuah yayasan dakwah di Balikpapan. Kami adalah karyawan perusahaan-perusahaan (terutamanya perusahaan Total, Unocal, Vico, Pertamina) serta beberapa orang ustadz mendirikan yayasan tersebut untuk mendakwahi masyarakat di lokasi-lokasi transmigrasi di sekitar Balikpapan. Banyak kegiatan kami waktu itu.

Yayasan itu masih ada sampai sekarang. Kami mantan  pengurusnya (apalagi yang tidak tinggal di Balikpapan) sudah tidak banyak mengetahui keberadaannya lagi. Nah, reuni yang diadakan di Tawangmangu adalah untuk membahas keberadaannya tersebut.

Undangan dari tuan rumah (mantan karyawan Vico) sudah disampaikan sekitar dua bulan yang lalu. Pertemuan itu dijadwalkan akan dimulai tanggal 27 April.

Kebetulan anak kami si Tengah ada acara mengikuti suaminya yang sedang dinas ke Jogya sejak tanggal 24 April. Dia mengajak mampir ke Jogya sebelum ke Solo biar bisa bertemu Hamizan dan Fathimah. Dan ajakan ini langsung kami terima. Perjalanan pun di atur sedemikian rupa. Berangkat dari Jatibening hari Rabu tanggal 25, di Jogya bersama anak, mantu dan cucu sampai hari Jum'at, seterusnya hari Jumat dilanjutkan ke Tawangmangu. Begitu rencananya.

Berangkat dari rumah hari Rabu siang hampir tidak ada masalah. Memang kaki kananku agak bengkak, tapi bisa berjalan normal. Sampai di Jogya tiba-tiba saja kaki itu terasa berat. Berjalan jadi tertatih-tatih. Waktu shalat maghrib berdua dengan Izan, kaki itu terasa sangat nyeri. Izan terheran-heran melihat aku tidak bisa melipat kaki dengan benar waktu duduk di antara dua sujud. Agak aneh datangnya gangguan seperti ini, karena aku yakin tidak ada salah-salah makan. 

Malam itu kami pergi mengunjungi adik ipar yang anak-anaknya tinggal di Jogya. Selama kami bertamu di rumahnya, kakiku terasa makin sakit. Pulang ke penginapan naik ke tempat tidur untuk kemudian terkapar. Aku sangat kesakitan dan berjalan dengan sangat susah ke kamar kecil yang hanya 4 - 5 langkah saja dari tempat tidur. Repotnya lagi, setiap dua jam sekali aku harus bolak balik ke kamar kecil untuk buang air kecil, yang terpaksa dibantu istriku.

Hari Kamis pagi aku semakin tak berdaya rasanya. Untung ada kemenakan, suami istri dokter yang tinggal di Jogya, datang ke hotel melihat keadaanku pagi itu. Aku diberi obat. Menjelang siang keadaanku agak membaik. Sudah bisa melangkah ke kamar kecil dengan lebih santai. 

Akhirnya aku putuskan untuk membatalkan melanjutkan perjalanan ke Tawangmangu. Sayang sekali memang, karena tujuan utama kami justru menghadiri pertemuan di sana. Soalnya aku khawatir jika keadaan yang sama terulang, kalau aku melanjutkan perjalanan dua tiga jam dengan mobil. 

Rencana pulang melalui Solo di hari Ahad dimajukan menjadi hari Sabtu dari Jogya. Alhamdulillah, menjelang maghrib hari Sabtu itu kami sampai di Jatibening. 

****
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar