Senin, 11 Juli 2016

Selepas Ramadhan

Selepas Ramadhan   

Ada semangat khusus yang meningkat di sebahagian umat Islam dalam beribadah di bulan Ramadhan di negeri kita. Banyak mesjid yang dipenuhi oleh jamaah i'tikaf di penghujung bulan puasa. Meski ada pula sedikit variasi di antara mereka yang mengerjakan i'tikaf tersebut. Dari yang full, seutuhnya sejak dari waktu maghrib di malam ke duapuluh satu sampai berakhirnya bulan Ramadhan, tanpa keluar dari mesjid kecuali untuk memperbaharui wudhu. Ada yang mengkhususkan waktu malamnya saja, karena di siang hari masih sibuk bekerja atau ada keperluan lain. Ada yang memilih malam-malam ganjil saja. Dan sebagainya. Pokoknya disesuaikan dengan semangat dan kesanggupan masing-masing. 

Mereka yang beri'tikaf itu berharap akan mendapatkan keutamaan malam lailatul qadar, yang nilai (beribadah) nya setara dengan ibadah seribu bulan. Seorang ulama menyampaikan dengan sederhana, bahwa seseorang yang melakukan shalat sunah dua rakaat pada malam hari itu, maka nilainya sama seperti dia melaksanakan shalat sunat selama seribu bulan. Begitu pula dengan shalat wajibnya, sedekahnya, bacaan al Qurannya.  Wallahu a'lam. 

Kita tidak usah menghitung pahala. Biarlah Allah saja yang menetapkan balasan untuk setiap amal yang kita lakukan dengan ikhlas. Terutamanya amalan di bulan Ramadhan. Sejak dari puasa yang kita lakukan dengan dasar iman dan dikerjakan dengan penuh keberhati-hatian agar terhindar dari hal-hal yang mungkin mengurangi atau bahkan membatalkan puasa itu. Dengan sedekah kita. Dengan shalat yang kita lakukan berjamaah di awal waktu. Dengan shalat malam atau tarawih kita. Dengan tadarus kita. Semua itu kita lakukan sebagai latihan sebulan penuh. Alhamdulillah, bahwa kita telah menyelesaikannya. 

Lalu, apakah ada bekasnya yang tinggal setelah berlalunya bulan Ramadhan? Masihkah kita sanggup hadir di mesjid untuk berjamaah di awal setiap waktu shalat? Masihkah kita sanggup mengerjakan shalat malam? Bersedekah? Mentadarus al Quran? Menjaga lisan dan penglihatan dan pendengaran dari hal-hal yang bisa menggiring ke arah dosa? Kadang-kadang memang tidak mudah. Seolah-olah setan yang dibelenggu Allah selama bulan Ramadhan, membalas dendam untuk menghancurkan tingkat keimanan dan ketaqwaan yang kita coba memupuknya.   

Banyak orang yang berpuasa dan beribadah di bulan Ramadhan, tetapi begitu selesai mereka kembali tersungkur. Mereka kembali berbuat kemungkaran, berbuat dosa. Alangkah ruginya. Belum tentu kita akan berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan berikutnya. 

Namun, jika kita berusaha untuk melawan godaan setan, melawan gejolak hawa nafsu kita sendiri, in sya Allah kita akan sanggup. Tentu saja dengan usaha yang sungguh-sungguh. Aku memperhatikan beberapa orang jamaah di mesjid kami yang sedang berusaha keras seperti itu. Berusaha untuk hadir shalat berjamaah di awal waktu dengan konsisten. Mudah-mudahan beliau-beliau ini mampu bertahan untuk istiqamah.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar