Senin, 03 April 2017

Ketetapan Allah Untuk Masing-masing Kita

Ketetapan Allah Untuk Masing-masing Kita 

Hari Ahad siang kemarin aku menghadiri undangan pernikahan putera rekan sekantor dulu. Tempatnya di sebuah gedung di Jakarta Barat. Menghadiri undangan seperti ini tentunya sesuatu yang biasa-biasa saja, yang terjadi setiap saat. Di pesta itu biasanya kita berjumpa dengan rekan-rekan lain, baik yang sudah sama-sama pensiun ataupun yang masih aktif bekerja. Berbagi cerita ke hilir ke mudik. Tentang si Anu dan si Itu.

Yang punya hajat jauh lebih muda dariku dan sekarang dia adalah orang nomor satu di perusahaan. Karirnya luar biasa cemerlang. Dia mulai bekerja sebagai staf biasa sekitar 20 tahun yang lalu dan melesat dengan pesat sampai akhirnya menduduki posisi puncak. Begitulah keberhasilan kalau Allah berkehendak.

Dalam obrolan di pesta itu terbahas pula tentang teman-teman lain yang tidak kelihatan hadir. Bermacam-macam keadaannya. Bahkan ada yang sudah tidak ada lagi. Ada yang biasa-biasa saja keadaannya. Ada yang berhasil dan tetap sehat. Tapi ada pula yang kurang beruntung.

Seorang rekan juniorku bercerita tentang rekan lain yang sedang mendapat musibah. Rumahnya dimasuki rampok saat ditinggalkan di suatu siang hari. Perampok menggondol barang-barang di rumahnya termasuk mobil yang terparkir di pekarangan. Begitulah memang kebuasan kota Jakarta ketika kita sedikit terlengah. Namun yang lebih mengagetkan adalah cerita si junior, bahwa dia itu (yang rumahnya kena rampok) baru saja menjalani operasi untuk penyakit yang cukup berat. Penyakit yang sepertinya datang dengan sangat cepat. Sekitar setahun yang lalu, kami mengadakan reunian alakadarnya di sebuah restoran untuk makan siang bersama. Dia ini masih segar bugar saat itu. 

Bersyukurlah ketika kita masih diberi Allah nikmat hidup di usia pensiun seperti aku. Masih diberi nikmat sehat. Masih bisa mendatangi undangan pesta. Namun perlu disadari bahwa semua nikmat kehidupan itu semakin dekat menjelang berakhir. Suatu saat yang entah kapan, entah segera atau entah masih beberapa waktu. Ketika itu, kita akan jadi sekedar cerita kenangan bagi yang masih tinggal.

****                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar