Minggu, 06 Agustus 2017

Perlu Filter Ketika Menyimak Pengajian

Perlu Filter Ketika Menyimak Pengajian    

Suatu ketika, seorang khatib membahas dalam khutbahnya tentang suatu kejadian di kalangan jamaah umrah Indonesia di Makkah. Salah satu jamaah bertanya, kenapa imam di Masjidil Haram tidak menjaharkan bacaan bismillah ketika membaca surat Al Fatihah. Ustadz pembimbing jamaah menjawab dengan ungkapan, ini (tidak menjaharkan bismillah) cara yang benar. Lalu, bapak khatib membahas bahwa cara menjawab seperti itu sangat tidak benar dan terkesan angkuh. Beliaupun membahas lebih jauh bahwa, kita, ahlussunah wal jamaah, pengikut mahzab Syafei. Imam Syafei menjahar bacaan bismillah waktu membaca Al Fatihah. Begitu keterangan beliau.

Aku terpana mendengar keterangan dalam khutbah seperti ini. Kalau beliau merasa bahwa ungkapan pembimbing jamaah umrah dengan mengatakan bahwa 'ini cara yang benar' sebagai jawaban yang angkuh dan sombong, apakah keterangan beliau bahwa kita pengikut mahzab Syafei lalu kita menjaharkan bacaan bismillah, menjawab pertanyaan? Siapa saja yang dianggap sebagai ahlussunah wal jamaah? Apakah mereka dari kelompok ormas lain di Indonesia ini bukan pengikut ahlussunah wal jamaah, karena mereka juga mengaku sebagai ahlussunah wal jamaah?

Kita tentu tidak bisa masuk ke dalam salah satu dari golongan yang mengatakan bahwa hanya kelompok mereka saja yang benar. Kita wajib mencari tahu sebelum menerima suatu keterangan dari ustadz manapun, terutama kalau sudah menyangkut hal-hal yang ada perbedaan pendapat. Istilahnya kalau menyangkut hal-hal khilafiyah. 

Saya juga tidak menjaharkan bismillah ketika membaca Al Fatihah dalam mengimami shalat. Ada jamaah yang bertanya, apa dasarnya saya berbuat demikian. Lalu saya jelaskan bahwa saya membaca hadits dari Anas bin Malik berikut ini;
 
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Abu Bakar, Umar, dan Utsman memulai bacaan dalam shalatnya dengan Alhamdulillahirabbil ‘alamin. (HR. Abu Daud).

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya: “Saya telah shalat di belakang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman, dan tak satu pun dari mereka yang mengeraskan bacaan Basmalah.” (HR. An Nasa’i). 

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya: “Adalah shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, mereka memulainya dengan membaca: Al Hamdulillahirrabbil ‘alamin.” (HR. At Tirmidzi). 

Lalu bagaimana dengan mereka yang menjaharkan bacaan bismillahnya? Tentu mereka juga punya dalil. Punya rujukan juga, jadi biarkan sajalah.  

Ustadz yang menyampaikan ta'lim, atau khatib yang menyampaikan khutbah tentu tidak luput dari kekhilafan. Seandainya kita mendapat keterangan yang lebih jelas dari apa yang mereka sampaikan, tentu kita tidak harus taqlid saja kepada para ustadz tersebut.

Wallahua'lam.

****
Mereka berdalil dengan hadits Anas bin Malik
مِعْتُ قتادةَ يُحَدِّثُ عن أنسٍ قال : صلَّيْتُ مع رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وأبي بكرٍ ، وعمرَ ، وعثمانَ ، فلم أَسْمَعْ أحدًا منهم يقرأُ بسمِ اللهِ الرحمنِ الرحيمِ
“aku shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman dan aku tidak mendengar mereka membaca bismillahir rahmanir rahim” (HR. Muslim 399).


Sumber: https://muslim.or.id/19744-hukum-basmalah-dalam-shalat.html
Mereka berdalil dengan hadits Anas bin Malik
مِعْتُ قتادةَ يُحَدِّثُ عن أنسٍ قال : صلَّيْتُ مع رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وأبي بكرٍ ، وعمرَ ، وعثمانَ ، فلم أَسْمَعْ أحدًا منهم يقرأُ بسمِ اللهِ الرحمنِ الرحيمِ
“aku shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman dan aku tidak mendengar mereka membaca bismillahir rahmanir rahim” (HR. Muslim 399).


Sumber: https://muslim.or.id/19744-hukum-basmalah-dalam-shalat.html
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar