Jumat, 29 Desember 2017

Hamizan Dan Fathimah Pulang Kampung (3)

Hamizan Dan Fathimah Pulang Kampung (3)   

Hari Senin, hari ketiga dalam perjalanan ini, tujuan kami adalah ke arah Payakumbuh. Dimulai dengan kunjungan ke ngalau (gua batu gamping) di pinggir kota. Beberapa bulan yang lalu aku membawa menantu kemenakan ke ngalau ini, yang juga merupakan kunjungan pertama bagiku. Selama ini aku merasa ngalau Payakumbuh tidak sebagus ngalau Kamang, sehingga aku tak pernah tertarik untuk melihatnya. Ternyata aku keliru. Gua inipun sangat bagus untuk dikunjungi. 

Kita harus membeli karcis untuk memasuki area ngalau. Ada pelataran parkir cukup luas dan taman yang juga cukup terpelihara. Hanya kami saja pengunjung di pagi itu, karena memang bukan hari libur. Karena harus menaiki tangga yang cukup tinggi, kali ini aku tidak ikut masuk karena menemani istri di taman di luar gua. Hanya si Tengah dengan suami serta Hamizan dan Fathimah saja yang masuk.

Cukup lama mereka berada di dalam gua. Artinya, mereka menikmati apa yang mereka lihat. Terutama untuk kedua bocah itu. Ada pemandu yang cukup sopan menemani mereka. Pemandu yang sopan dan tidak memaksa-maksa ini menjadi catatan khusus bagiku ketika mengunjungi tempat ini beberapa bulan yang lalu.

Dari ngalau kami lanjutkan perjalanan ke Lembah Harau. Lembah dengan tebing batu tegak lurus dan air mancur. Ada beberapa air terjun atau air mancur di Lembah Harau. Kami hanya mengunjungi air terjun utama yang ada kolam di bawahnya. Di sini lebih banyak pengunjung. Hamizan memperhatikan kenampakan alam yang indah ini dengan sungguh-sungguh. 

Kami mampir di titik dinding bersipongang di pinggir jalan. Sebuah tapak yang sangat sederhana untuk berdiri dan berteriak untuk mendengarkan lantunan (sipongang) suara dari bukit batu di seberang sana. Sudah lama aku merasa tapak ini seyogianya dibuat lebih besar dan lebih rapi. Sepertinya tidak ada atau belum ada yang sepemikiran denganku.  

Dari Harau kami lanjutkan perjalanan ke Lubuk Bangku untuk makan siang. Kenapa Lubuk Bangku? Karena ada rumah makan favorit kami di sana. Dulu, beberapa tahun yang lalu, dalam perjalanan ke Pekan Baru kami sangat menikmati ayam bakar di rumah makan ini. Agak sayang bahwa sekarang rasa masakannya tidak lagi seenak dahulu.

Setelah makan siang kami kembali ke Koto Tuo untuk berkemas-kemas. Sore ini kami akan pindah ke penginapan di Bukit Tinggi. Sempat pula membeli durian yang sebenarnya bukan musimnya. Kata si penjual, durian itu didatangkan dari Padang Sidempuan. Durian sekedar pelepas taragak, tidak pula sempurna, ternyata membawa sedikit masalah untuk si Tengah. Dia sakit perut tidak lama sesudah makan durian.   

****                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar