Rabu, 28 Oktober 2015

IKEA, Sebuah Merek Dagang

IKEA, Sebuah Merek Dagang  

Hari Minggu kemarin, aku ikut istri pergi menemani adiknya berbelanja ke IKEA di Alam Sutera Tangerang. Sebelumnya aku sudah pernah mendengar cerita tentang toko super besar yang menjual segala keperluan rumah tangga, yang baru saja membuka cabang di Indonesia, dan sangat ramai dikunjungi masyarakat Jakarta dan sekitarnya. IKEA telah mempunyai banyak cabang di berbagai negara. Cabang di Alam Sutera atau yang pertama di Indonesia ini adalah yang ke sekian. Kononnya, usaha ini dirintis oleh seorang anak muda Swedia (berusia tujuh belas tahun waktu dia memulainya di tahun 1943) yang adalah seorang tukang dan senang membuat peralatan dapur yang ringkas, praktis dan berkualitas. IKEA sendiri adalah singkatan namanya berikut nama kampungnya, Ingvar Kamprad, Elmtaryd (nama peternakan tempat dia dibesarkan), dan Agunnaryd (kota tempat tinggalnya di Småland, Swedia Selatan). Sebuah akronim sederhana yang ternyata akhirnya mendunia.  

Bangunan toko itu sangat luas. Dengan tempat parkir yang juga cukup luas (parkirnya ternyata gratis). Ruangan-ruangan di dalamnya diberi nomor untuk masing-masing unit. Tiap-tiap unit berisi barang-barang yang 'bersaudara'. Ada isi sebuah kamar, isi sebuah ruangan keluarga, ruangan makan, ruangan kantor di rumah, peralatan dapur, peralatan kamar mandi dan seterusnya. Isi sebuah kamar tidur misalnya, terdiri dari tempat tidur berikut kasur, bantal dan seperainya, meja rias, lemari pakaian dan sebagainya yang biasa terdapat di kamar tidur. Di semua barang-barang tersebut tercantum harganya. Ada juga pengaturan di sebuah rumah sangat kecil, berukuran sekitar 30 meter persegi yang diisi dengan perabotan secukupnya. Semua tertata rapi seperti seharusnya di dalam sebuah rumah. Penataan dan penempatan barang-barang tersebut memang menyenangkan untuk dilihat, membuat pengunjungnya betah berkeliling-keliling. 

Iseng-iseng, ketika berada di unit peralatan dapur aku amati barang-barang 'tetek bengek' yang sangat lengkap itu. Berbagai macam pisau dapur, piring gelas dan sendok, berbagai macam periuk dan kuali penggorengan dengan berbagai ukuran, cambung nasi, tapisan, botol-botol kecil tempat meletakkan macam-macam bumbu, rak piring, tempat sendok dan entah apa lagi. Ternyata, sebahagian besar alat-alat tersebut adalah made in China. Beberapa buah made in Thailand. Belum ketemu yang made in Indonesia. Ditulis di barang tersebut bahwa disainnya adalah karya seseorang (nama Swedia) tapi dibuatnya di China.  Hebat sekali perhitungan dan perencanaannya.

Ketika melihat komplek toko IKEA yang sangat besar seperti ini kita faham bahwa usaha ini adalah usaha raksasa dengan modal besar. Luas area pertokoannya sekitar 25000 meter persegi. Di China dan Korea ada yang luasnya dua kali lipat.  Biaya toko yang di Alam Sutera ini saja mungkin ratusan milyar rupiah, atau bahkan mungkin lebih besar lagi. Tapi yang membuat aku terkagum-kagum adalah usaha IKEA ini diawali dengan pembuatan peralatan-peralatan rumah tangga sederhana. Usaha yang mulai berekspansi ke luar Swedia di tahun 1960an sekarang tersebar di lebih dari 25 negara dengan lebih dari 260 buah toko. Sebuah perusahaan yang luar biasa, yang menyediakan berbagai peralatan, dari yang paling sederhana seperti gantungan baju, yang diperlukan setiap orang sehari-hari.  

Mungkin menyadari bahwa pengunjung pasti akan berlama-lama mengelilingi tempat belanja ini, di dalamnya disediakan pula sebuah restoran. Restoran yang siang itu penuh orang. Anakku yang ikut menyusul memerlukan bertanya apakah makanan yang ada di restoran ini mempunyai sertifikat halal. Pelayannya menjawab positif, dan katanya hal yang sama diberlakukan di toko-toko di negeri Muslim.  

****
                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar