Minggu, 20 Maret 2016

Bagaimana Tentang Jodoh?

Bagaimana Tentang Jodoh?    

Seorang kemenakan bertanya tentang jodoh. Siapa yang menentukan jodoh? Apakah setiap manusia sudah tentu dan jelas jodohnya sehingga dia tidak perlu berikhtiar apa-apa lagi? Begitu pertanyaannya bertubi-tubi. Aku paham maksud pertanyaannya, karena dia agak kecewa dengan jodohnya sendiri. Banyak orang mengatakan dengan nada pasrah, apa boleh buat, memang sudah seperti itu takdirnya. Dia sudah ditakdirkan menjadi pasangan si Fulan yang ternyata kemudian membawa banyak masalah dalam kehidupannya.  

Aku mencoba menjelaskan. Jodoh itu adalah pilihan sebelum dia ditetapkan. Setiap orang boleh memilih siapa yang akan dijadikannya pasangan hidupnya. Banyak sekali pilihan kalau dia mau memilih. Begitu dia menetapkan pilihannya dan menerima berjodoh dengan seseorang barulah hal itu menjadi ketetapan Allah. Menjadi takdir baginya. Sama juga dengan ketika orang hendak makan. Dia boleh memilih apa yang akan dia makan. Mau makan di restoran Minang, atau di restoran seafood. Atau mau makan di warung Tegal. Atau di kedai sate kambing. Setiap orang bebas memilih. Tetapi begitu dia menetapkan pilihannya, akan berlakulah ketetapan atau takdir. Ternyata siang itu dia ditakdirkan makan sate kambing.

Dalam memilih jodoh, setiap orang dianjurkan melakukan pendekatan. Melakukan taaruf. Mencari tahu tentang pribadi orang yang akan jadi jodoh. Taaruf atau pendekatan bukan berarti berpacaran. Taaruf dilakukan dengan sangat menjaga batas-batas kesucian. Tidak membiarkan hawa nafsu ikut campur karena akan sangat berbahaya. Belum tentu setiap usaha pendekatan akan berujung pada kecocokan. Mungkin setelah mengenal pribadinya orang yang tadinya tertarik berubah pikiran. Dia merasa orang tersebut tidak cocok karena alasan-alasan tertentu 

Si kemenakan bertanya lagi, bagaimana dengan mereka yang berjodoh dengan orang yang berbeda agama. Seorang laki-laki Muslim menikah dengan wanita bukan Muslim atau sebaliknya. Apakah itu karena memang sudah jodoh mereka? Jawabannya sama saja. Setelah masing-masing setuju mengikat diri mereka dalam perjodohan maka berlakulah takdir Allah atas mereka. Tapi sebelumnya, keputusan ada pada diri mereka masing-masing. Mereka bebas menentukan pilihan.  Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; Seorang wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu beruntung.(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim). 

Dari hadits ini sangat jelas. Banyak pilihan untuk menentukan jodoh. Ada yang kaya, yang bangsawan, yang cantik dan yang beriman. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan memilih berdasarkan keimanannya. Bahkan di antara pilihan itu mungkin ada yang memiliki keempat-empatnya sekaligus. Artinya, sekali lagi setiap orang berhak dan bebas memilih sebelum menetapkan siapa yang akan dijadikannya jodoh. 

****          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar