Minggu, 29 Januari 2017

Sakit Gigi

Sakit Gigi

Ketetapan Allah, gigi-gigiku kurang teratur tumbuhnya. Tapi dengan izin Allah di tengah keluarga (istri dan anak-anak, bahkan dengan saudara-saudara) aku yang paling jarang sakit gigi. 'Penyakit' gigiku umumnya adalah karang gigi. Secara berkala aku mendatangi dokter gigi untuk membersihkan karang gigi. Biasanya sekali dua tahun. Tapi akhir-akhir ini jadwalnya agak molor. Sudah lebih tiga tahun sejak terakhir kali aku mendatangi dokter gigi untuk membersihkan karang gigi.

Beberapa bulan yang lalu gusiku sakit. Bengkak dan ngilu ketika mengunyah. Atas saran si Tengah (yang dokter gigi) aku pergi mengunjungi sejawatnya yang praktek di daerah Bekasi. Karang gigi dibersihkannya. Menurut dokter ini, gusi yang bengkak boleh jadi disebabkan gigi yang sedang 'sakit' (meski tidak ada bolong). Dia membersihkan bagian yang bengkak dan mengeluarkan nanahnya.  Sang dokter ini khawatir bahwa saraf gigi tersebut sudah mati. Aku disuruhnya merontgen mulut untuk mengamati gigi 'sakit' itu lebih seksama. Seandainya terbukti nanti bahwa sarafnya mati, maka akan dilakukan pekerjaan khusus, menanamkan sejenis logam di gigi yang bermasalah itu.

Aku pergi membuat foto rontgen. Sang dokter berpesan agar meminta lab tempat rontgen itu mengirimkan hasil fotonya via email. Dan disanggupi pula oleh petugas di lab rontgen. Dan dokter berjanji akan menghubungiku kalau sudah melihat foto rontgen.

Gusi yang sebelumnya bengkak kembali lagi bengkak sementara dokter gigi tidak memberi obat apapun. Gigi dengan gusi bengkak itu tetap terasa ngilu. Lalu aku bereksperimen sendiri. Menggunakan minyak tawon. Minyak tawon biasanya sangat ampuh untuk menyembuhkan bisul atau luka memar bekas terantuk. Sebuah percobaan nekad saja dengan harapan menghilangkan rasa sakit dan ngilu. Alhamdulillah, ternyata manjur. Setelah beberapa kali mengoleskan minyak tawon di gusi yang bengkak tadi, bengkaknya hilang begitu pula dengan rasa ngilu.  

Sudah seminggu sejak kunjungan ke dokter gigi di Bekasi, tidak ada berita apa-apa darinya. Akhirnya aku yang menelponnya. Ternyata dia tidak menerima kiriman foto rontgen melalui email. Dan dia bertanya bagaimana keadaan gigiku saat itu. Aku jawab bahwa alhamdulillah sudah baik. Gusinya sudah sembuh? tanyanya pula dan aku jawab, sudah, tanpa menceritakan bahwa aku menggunakan minyak tawon 

Beberapa hari kemudian aku ngobrol via skype dengan si Tengah. Dia mengatakan bahwa yang aku lakukan adalah sesuatu yang salah. Minyak tawon itu obat luar, tidak boleh digunakan di mulut, begitu katanya. Aku bilang buktinya dengan izin Allah sembuh. Tapi, katanya tetap saja itu salah. Ada resiko nanti gusinya mendapat masalah lain, karena gusi tidak sama dengan kulit luar dan tidak semestinya diolesi minyak tawon.  Aku malas berbantah-bantahan dengannya. Tapi dalam hatiku, yodium (obat luka) yang biasanya dipakai untuk luka di kulit digunakan pula oleh dokter gigi di gusi yang berdarah ketika mencabut gigi.  

Karena agak khawatir juga dengan apa yang dikatakan si Tengah, akhirnya aku coba cek apa saja kandungan minyak tawon. Ternyata minyak tawon itu terbuat dari bahan tumbuh-tumbuhan seperti minyak kayu putih, minyak kelapa, cengkeh dan lada. Kekhawatiranku hilang.   

****   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar