Selasa, 24 April 2018

Karangan Bunga Di Tempat Melayat

Karangan Bunga Di Tempat Melayat  

Ketika melayat ke rumah gedongan, ada pemandangan yang semakin menjadi trend sekarang, yaitu bertaburan karangan bunga berukuran besar, berwarna-warni, di sepanjang kedua sisi jalan, menuju rumah duka. Dengan tulisan mencolok ucapan berduka cita atas meninggalnya bapak Fulan yang disertai nama dan alamat pengirimnya. Entahlah kalau hal ini bisa dikatakan awal dari sebuah tradisi.

Yang mengherankan bagiku, adakah manfaat dari karangan-karangan bunga itu untuk si mayat? Pasti tidak ada sedikitpun. Atau adakah manfaatnya untuk menghibur keluarga yang ditinggal? Rasanya juga bukan. Yang benar-benar mendapat manfaat tentu saja si penjual karangan bunga. Karangan-karangan bunga itu lumayan mahal harganya, konon ada yang sampai setengah juta rupiah. Bagi si pembuat dan penjualnya ini adalah lahan usaha yang sangat menguntungkan. Orang kedua yang mendapat manfaatnya adalah petugas kebersihan yang harus menyingkirkan puluhan karangan bunga itu sesudah beberapa hari suasana berduka, karena tentunya dia akan mendapat uang jasa ekstra untuk pekerjaan tersebut.

Biasanya memang, yang mengirim karangan bunga adalah handai tolan yang tinggal jauh atau yang kebetulan sedang sangat sibuk sehingga tidak sempat datang melayat. Padahal seharusnya melayat orang meninggal (yang kita kenal itu) sangat dianjurkan bahkan disebutkan dalam salah satu hadits Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam, sebagai kewajiban Muslim terhadap Muslim. Kita datang melayat untuk paling tidak ikut menyalatkan jenazahnya. Akan lebih sempurna lagi kalau kita ikut mengantar jenazahnya ke pemakaman. Melayat seperti ini yang pasti ada manfaatnya buat si mati, ketika kita ikut mendoakannya dalam shalat jenazah.

Di beberapa kesempatan melayat aku pernah menyaksikan orang-orang yang hadir tidak ikut menyalatkan jenazah. Mungkin mereka hadir hanya sekedar menunjukkan simpati saja kepada keluarga si mati. Seandainya setiap orang faham makna dari melayat, yang sebenarnya merupakan peringatan bagi diri kita masing-masing bahwa kitapun suatu ketika akan menjadi jenazah. 

****                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar