Jumat, 31 Maret 2017

Prasangka Buruk Alias Su'uzhan

Prasangka Buruk Alias Su'uzhan     

Kata lain dari menyangka adalah menduga. Artinya kita tidak tahu pasti tentang sesuatu keadaan atau kejadian, karena tidak ada bukti, tapi kita menduga atau membayangkan dalam pikiran kita tentang keadaan tersebut. Ada lagi dugaan mengenai sesuatu yang buruk-buruk pada sesuatu atau seseorang. Menyangka bahwa sesuatu atau seseorang itu buruk, tidak elok, tidak pantas. Padahal tidak ada bukti. Yang seperti ini disebut sebagai su'uzhan atau berprasangka buruk.  

Berprasangka buruk atas seseorang adalah perbuatan yang tidak terpuji. Kita tidak seharusnya menyangka atau bahkan menuduh sesuatu yang tidak ada dasarnya. Berprasangka buruk ini bisa saja terjadi pada setiap pribadi ke pada pribadi lain bahkan orang-orang dekat sekalipun. Suami berprasangka buruk terhadap istri atau sebaliknya. Orang tua berprasangka buruk terhadap anak atau sebaliknya. Berprasangka buruk kepada menantu, kepada tetangga. Dan sebagainya.

Ketika pemikiran tentang sangkaan itu muncul di otak kita, setan akan datang membumbuinya, mengipas-ngipas agar semakin marak. Kalau kita tidak pandai mengendalikan perasaan maka akan berobah menjadi urusan besar sesudah itu. Bisa jadi urusan yang merusak diri kita ke dalam, menjadikan kita tidak nyaman, kesal, marah yang kalau disimpan dalam hati sendiripun bisa menjadikan kita senewen. Kalau dilepas, dikeluarkan dengan mengatakannya kepada yang diprasangkai, akan timbul pertengkaran.

Sangat buruk akibat dari berprasangka buruk itu. Namun seringkali kita tanpa sadar membiarkannya hadir.  

Ada barang kita tidak ketemu. Kita lupa di mana menaruhnya. Dicari kian kemari tidak kunjung ditemukan. Lalu muncul di benak kita, jangan-jangan diambil si anu. Si Anu ini bisa jadi saudara, atau tetangga, atau pembantu rumahtangga. Padahal tidak ada bukti apa-apa bahwa orang yang kita curigai dengan prasangka itu yang mengambil. Kalau kebetulan yang dicurigai itu pembantu, kita dengan nada menuduh menanyakan. 'Kamu yang mengambil barang saya?' Tidak jarang, pembantu yang dicurigai itu dibentak-bentak.

Setelah kita melampiaskan kemarahan karena dorongan prasangka tadi selesai, ternyata barang yang hilang itu kita temukan. Dan kita ingat, kita yang meletakkan di tempat ditemukannya itu sebelumnya. Si pembantu sudah terlanjur dimarah-marahi. Bukankah yang seperti ini sebuah kezhaliman?   

Maka jauhilah setiap prasangka buruk!

****                                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar