Selasa, 06 Juni 2017

Lalu...... Dimana Allah?

Lalu..... Dimana Allah?  

Tersebut kisah tentang khalifah Umar ibnu Khaththab yang pada suatu hari sedang dalam perjalanan dinas. Beliau berjumpa dengan seorang anak gembala yang sedang menggembalakan puluhan ekor kambing. Terjadi dialog antara Umar dengan anak gembala tersebut. 

'Wahai anak, juallah kepadaku seekor dari kambing mu itu.'

'Aku bukanlah pemilik kambing-kambing ini. Aku hanyalah seorang budak penggembala,' jawab anak gembala tersebut.

'Engkau bisa mengatakan kepada tuanmu bahwa seekor kambing ditangkap serigala. Tuanmu tidak akan mengetahuinya.'

Lalu jawab si anak gembala itu.... 'Lalu.... kalau demikian dimana Allah?'   

Umar terharu mendengar kejujuran si anak gembala yang takut bahwa Allah pasti mengetahui keburukan apa yang dilakukannya, meski orang lain bisa dibohongi.

Cerita sederhana ini sangat mengusik hati kita sebagai orang yang beriman. Jujur itu seharusnya benar-benar hanya karena kita yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi kita. Kita takut berbohong. Kita takut mengambil hak orang. Kita takut berbuat zalim. Kita takut merugikan orang lain. Dan kejujuran seperti itu adalah bahagian dari ketakwaan. Yang kita sedang berlatih untuk memupuknya selama bulan Ramadhan. Jujur kepada Allah. Puasa adalah sarana kita untuk membuktikan ketakwaan kita kepada Allah. Kita bisa saja membatalkan puasa tanpa dilihat siapapun. Tapi kita tidak melakukannya karena kita yakin Allah mengawasi tingkah laku kita.  

Tidak semua orang menyadari bahwa dia dibawah pengawasan Allah. Banyak saja orang yang tidak jujur. Tidak amanah. Mau berbohong  atau berbuat zalim untuk keuntungan sedikit. Dan ini ada di setiap strata masyarakat. 

Sebagai contoh sederhana. Seorang pembantu rumah tangga yang diberi amanah untuk menjaga rumah, ternyata berlaku tidak jujur. Dia mengambil yang bukan haknya dengan diam-diam. Lalu menutupi perbuatannya itu dengan kebodohannya. Yang hilang itu adalah sebahagian dari sejumlah barang yang sangat dikenal pemiliknya. Tadinya tersusun sekian, lalu kemudian separuhnya hilang. Yang hilang adalah dibagian belakang, yang kalau dilihat dari depan masih seperti semula. Tidakkah dia tahu bahwa perbuatannya itu adalah sebuah dosa dan Allah mengetahuinya?

Ada lagi cerita tentang seseorang membuat kebohongan dan memfitnah. Dibuatnya segala cara untuk mendukung kebohongan yang tengah dilakukannya. Dia berusaha agar orang percaya dengan apa yang dikatakannya yang padahal adalah kebohongan. Dia tidak tahu bahwa dia sedang diawasi Allah.

Mudah-mudahan kita yang dipanggil Allah sebagai orang-orang yang beriman mampu melaksanakan ibadah Ramadhan untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada-Nya.

****   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar