Senin, 29 Mei 2017

Perpisahan Dengan Anak Menantu Dan Cucu

Perpisahan Dengan Anak Menantu Dan Cucu

Sesuai dengan rencana, perjalanan kami dimulai dari Pau pada pukul sembilan pagi pada hari Rabu tanggal 24 Mai yang lalu. Mengendarai mobil menantu ditemani mereka sekeluarga lengkap, menuju Toulouse. Perjalanan sejauh 200 km ini sangat enteng rasanya bagi menantuku. Udara cerah sekali pagi itu. Jam sebelas kami sudah sampai di Toulouse. Menantuku mencari tempat parkir umum di sebuah taman dalam kota, yang tidak terlalu jauh dari bandara. Di sana kami beristirahat makan siang yang memang sudah disiapkan dari rumah. Makan dalam mobil. 

Setelah itu langsung menuju ke bandara. Tidak ada kendala kemacetan lalu lintas, Dalam hitungan beberapa menit kami sudah sampai di tempat parkir. Barang bawaan kami, tiga buah koper berukuran kecil, sedang dan besar dengan total berat lebih dari 60 kg, di samping tas tentengan berikut sebuah ransel, dinaikkan ke atas sebuah troli. Lebih berat dari bawaan waktu datang dulu. Kami punya waktu lebih dari cukup untuk check in. Menantu menemani sampai ke tempat check in. Kami mempunyai kelebihan berat karena menurut peraturan KLM kami hanya berhak membawa dua buah koper dengan masing-masing seberat 23 kg maksimum. Koper kecil yang waktu datang dulu dibawa masuk kabin, sekarang tidak mungkin dilakukan dengan cara sama, karena ada pula ransel seberat 10 kg. Ringkasnya kami harus membayar kelebihan bagasi seharga 100 euro.  

Masih banyak waktu sebelum masuk ke ruang tunggu, yang digunakan untuk menemani Hamizan dan Fathimah bermain. Hamizan yang sehari sebelumnya mengatakan, kenapa dia harus ikut mengantar inyiak dan nenek ke Toulouse. Dan waktu ditanya kenapa, jawabnya, soalnya Izan nanti pasti nangis kalau melihat inyiak dan nenek pergi. Lalu kata inyiak, berpisah itu hal yang sangat biasa, Izan. Dan laki-laki itu tidak boleh sering-sering menangis. Dan alhamdulillah, Izan memang tidak nangis. Berbeda dengan waktu kami tinggalkan dua tahun yang lalu, ketika kami berangkat di saat Izan masih tidur di waktu subuh, dan setelah pulang dari sekolahnya, dia uring-uringan dan menangis cukup lama. Hanya Fathimah yang memandang dengan pandangan sedih waktu kami berpisah dan menuju ke ruang tunggu. 

Ternyata barang tentengan kami masih cukup berat. Inyiak dan nenek sama-sama tertatih-tatih membawa ransel dan tas jinjing. Bahkan nenek sempat terjatuh karena tersandung barang bawaan orang lain sesudah pemeriksaan imigrasi. Alhamdulillah tidak terlalu parah, meski dia mengeluh lututnya terasa ngilu sesudah itu. Cukup jauh perjalanan menuju ke ruang tunggu. 

Penerbangan Toulouse - Schiphol Amsterdam terlambat sekitar lima belas menit. Tidak masalah bagi kami karena penerbangan lanjutannya masih 4.5 jam sejak kedatangan di Schiphol. Aku membantu mengurut-urut lutut istriku yang katanya ngilu. Alhamdulillah dia masih bisa berjalan dengan normal.

Waktu kami berangkat, keluarga si Tengah tidak langsung pulang. Mereka pergi dulu melancong ke Bordeaux. Alasannya kalau langsung pulang ke Pau khawatir Hamizan dan Fathimah akan langsung merasa kesepian setelah kepergian kami.  

**** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar