Selasa, 14 Februari 2017

Kepikunan

Kepikunan  

Kita menjadi semakin tua dengan bertambahnya umur. Sampai suatu saat datang ajal menjemput. Ada seorang teman mempopulerkan ungkapan, menjadi tua adalah suatu kepastian, menjadi sehat itu pilihan. Maksudnya, anda bisa memilih untuk menjadi sehat dengan mematuhi aturan-aturan tertentu dalam hidup, atau anda tidak memilihnya dengan cara menjalani hidup semberono. Ringkasnya, kalau anda ingin sehat, hiduplah secara teratur, dengan mengatur pola makan, pola istirahat, pola pikir dan pola olah raga. Meski semua itu tidak selamanya menjamin seseorang akan benar-benar sehat dalam menjalani hidupnya. 

Ada orang yang hidup sampai mendekati atau bahkan melewati usia seratus tahun. Orang-orang seperti itu berada dalam ketuaan yang sesungguhnya. Sebahagian (kecil?) masih cukup sehat fisiknya sebagai orang tua, meski tetap tidak bisa menutupi jejak ketuaan seperti rambut yang memutih, kulit menjadi keriput, gigi pada copot dan sebagainya. Dan Allah masih memberikan nikmat hidup. 

Allah berfirman di dalam surat Yasin ayat 68 yang artinya; 'Dan siapa yang Kami berikan usia lanjut, akan Kami kembalikan kepada seperti keadaan semula (lemah, tak berdaya). Apakah mereka tidak memikirkan?' Seperti itu ketetapan Allah. Orang-orang yang Allah lanjutkan usianya menjadi tua, tapi fisik mereka dijadikan lemah kembali. Yang lebih parah lagi ada di antara yang sudah berusia lanjut itu menjadi pikun. Pikun artinya pikirannya mulai tidak jernih atau bahkan sangat kacau. Perbuatan dan perkataannya kembali seperti kanak-kanak. Sepertinya beliau-beliau yang seperti ini tidak sadar dengan apa yang diperbuat atau dikatakannya. Ada orang tua yang sudah pikun mengulang-ulang perkataan atau kalau bertanya mengulang-ulang pertanyaan yang sama.

Orang-orang tua seperti itu menjadi ujian kesabaran bagi mereka-mereka yang berada di dekatnya. Entah anak atau cucu ataupun kerabat yang lain. Terutama sekali bagi anak-anak yang sadar keadaan orang tua yang pikun dan harus melayaninya sebaik mungkin. Perlu ketelatenan dan kesabaran. Jika seorang anak memperlakukan orang tuanya yang sudah pikun itu dengan semena-mena menurut hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, hal itu akan menghalanginya untuk masuk surga Allah kelak. 

Kepikunan tentulah bukan sesuatu yang disengaja tapi dia datang dengan sendirinya kalau Allah berkehendak. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk berdoa kepada Allah agar terhindar dari kepikunan dengan doa seperti pada hadits  berikut; 

 حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَرَمِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْبُخْلِ
Allahumma innii a'uudzubika minal kasali, wa a'uudzubika minal jubni, wa a'uudzubika minal harami, wa a'uudzubika minal bukhli - yang artinya - Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat malas, dan berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut, dan berlindung kepada-Mu dari kepikunan dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir.  (hadits riwayat Bukhari). 

Mudah-mudahan Allah melindungi kita dari kepikunan.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar