Jumat, 28 Juli 2017

Tubuh Yang Tak Lebih Dari Sekarung Najis

Tubuh Yang Tak Lebih Dari Sekarung Najis  

Alkisah, Khalifah Rasulullah yang pertama, Abu Bakar Ash Shiddiq berpesan tatkala menjelang wafatnya, agar jenazah beliau dibungkus dengan gamis usang beliau yang penuh tambalan. Salah satu puteri beliau menjelaskan, bahwa gamis itu sudah sangat buruk untuk digunakan sebagai kain kafan jenazah beliau. Apa jawab Abu Bakar, manusia hidup lebih pantas menggunakan kain yang masih baik untuk menutupi tubuhnya. Adapun kain kafan penutup mayat itu sebentar juga akan berganti menjadi penutup darah dan nanah busuk di liang lahat.

Pagi ini seorang jamaah menyampaikan kultum tentang tubuh manusia yang tak lebih dari sekarung najis. Lihatlah betapa menjijikkannya tubuh manusia hidup yang mengeluarkan keringat, cairan dan lendir serta najis lainnya. Ketika dia berkeringat, bau keringatnya bisa sangat busuk. Atau ketika dia baru bangun dari tidur di pagi hari, bau mulutnya juga busuk. Air yang keluar dari hidungnya, berlendir dan menjijikkan, sebagaimana halnya air matanya atau cairan yang keluar dari telinganya. Dan terlebih-lebih ampas dari makanan yang keluar melalui kedua lubang kemaluannya.  

Itulah diri kita. Kita, manusia yang diciptakan Allah pada mulanya dulu (nabi Adam, nenek moyang kita) dari tanah liat yang juga berbau. Lalu kita makan tanaman dan binatang ternak yang hidupnya juga ditopang oleh tanah. Kita yang berasal dari tanah, hidup dengan memakan hasil tanah, nanti akan dikembalikan jadi tanah.

Maka sungguh tidak pantaslah kita untuk sombong dalam kehidupan ini. Sekaya apapun kita. Setinggi apapun pangkat kita. Setampan atau secantik apapun tubuh kita. Semua kita sama, tidak lebih dari sekarung najis. Di waktu hidup kita berusaha untuk menutupi dan membersihkan serba najis tersebut semampu kita. Ketika kita telah menjadi mayat semua akan berubah menjadi gumpalan darah busuk dan nanah sebelum akhirnya kembali menjadi tanah.

****                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar