Senin, 15 Januari 2018

Musang Terorist

Musang Terorist    

Aku memelihara ayam. Peranakan ayam kate dan ayam kampung, yang mula-mula dihadiahkan seorang tetangga sepasang, kepada istriku. Dan aku dari dulu memang suka memelihara ayam kampung di pekarangan belakang, meski sebelum kedatangan sepasang ayam ini sudah agak lama kami tidak memeliharanya lagi. Kok mau? Ya suka saja. Sebuah hobi yang agak kampungan memang. 

Aku memeliharanya dengan membuatkan kandang ekstra, memberi makannya pagi dan sore dengan teratur. Kalau aku sedang tidak di rumah, tugas ini digantikan si Bungsu, yang sama penyayangnya terhadap hewan. Kalau kami berdua tidak ada di rumah, karena ke luar kota bersamaan, kami minta-tolongkan untuk mengurusnya kepada tukang yang tinggal tidak jauh dari rumah kami. 

Maka ayam itu berkembang biak. Mencapai empat puluhan ekor. Populasi jantan betina hampir sama banyak. Pernah adik-adikku minta dan diberikan beberapa ekor. Pernah pula yang jantan dipotong (minta tolong sama pedagang ayam di pasar, dan ayamnya dibawa ke pasar), walau agak kurang tega melakukannya. 

Sudah sejak lama, ayam-ayam ini suka didatangi musang di malam hari meski tidak setiap malam. Pernah suatu ketika empat ekor ayam betina dibunuh musang tapi tidak dimakannya. Sepertinya yang diincar musang adalah anak-anak ayam yang sebesar merpati. Beberapa kali anak-anak ayam seperti itu hilang. Aku tahu betul berapa jumlahnya setiap saat. Sore-sore masih ikut makan bersama kawanan lain, pagi-pagi waktu diberi makan lagi jumlah anak ayam itu berkurang. Maka dibuatlah pengamanan ekstra. Anak-anak ayam di tempatkan di kandang khusus dan tidak dilepas. Sementara cukup aman. 

Akhir-akhir ini setiap malam musang-musang itu datang. Kedatangannya ditandai oleh riuhnya suara ayam. Setiap kali ayam-ayam itu heboh kami mengatakan bahwa musang teroris telah datang lagi.

Karena jumlah jantan yang hampir sama banyak dengan yang betina, dan rupanya di antara betina-betina itu ada pilihan untuk dikawini pejantan-pejantan itu, terjadilah pengerubutan terhadap betina-betina tertentu. Akibatnya ada betina yang trauma dan tidak mau masuk ke kandang bersama tetapi nongkrong di pohon. Kalau aku lihat, aku mengusir dan memaksanya untuk masuk ke kandang. 

Dua hari yang lalu si Bungsu yang menutup pintu kandang ayam sore hari. Dia tidak tahu tentang ayam betina yang nongkrong di pohon. Kemarin sore aku baru melihat bahwa si betina malang itu telah tinggal sisa-sisa bangkainya. Kasihan betul.....

****

               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar