Kamis, 12 Mei 2016

Riya Adalah Syirik Kecil

Riya Adalah Syirik Kecil     

Apa itu riya? Riya adalah membanggakan diri sendiri. Menyebut atau mengisyaratkan bahwa kita adalah orang yang mempunyai kelebihan dalam kebaikan. Dan yang menilai kelebihan dalam kebaikan itu adalah kita sendiri. Baik dilakukan atau dikatakan secara berterus terang ataupun diisyaratkan. Seorang khatib pernah menyampaikan dalam khutbahnya contoh yang termasuk riya. Ada pengumuman tentang sumbangan jamaah untuk pembangunan mesjid. Ada seorang penyumbang memberikan infaqnya agak besar dari kebanyakan infaq lainnya dan didaftarkan atas nama hamba Allah. Lalu, pada saat hal itu diumumkan, ada seorang  yang menepuk jamaah lain di sebelahnya lalu menunjuk kepada yang menyampaikan pengumuman seterusnya dengan tersenyum dan mengangguk-angguk menunjuk kepada dirinya sendiri. Apa maksudnya? Entahlah. Tapi seolah-olah dia mengisyaratkan bahwa penyumbang istimewa yang baru saja diumumkan itu adalah dirinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesuatu yang paling aku khawatirkan terhadap kalian adalah syirik kecil.” Ketika ditanya tentang (syirik kecil) itu, beliau menjawab, “Riya.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrany dan Al-Baihaqy)

Banyak saja orang yang melakukan riya seperti ini. Seorang pemimpin yang berkurban dengan sapi yang paling besar lalu disorot dan ditayangkan oleh televisi yang sengaja diundang untuk mengabadikan kurbannya. Seorang penjabat yang tidak henti-hentinya membanggakan jasa-jasanya dalam membangun negeri. Seorang dokter yang mengiklankan keberhasilannya dalam mengobati pasien gawat. Seorang sarjana yang membanggakan prestasi keilmuannya bahkan dengan nilai kelulusannya yang sangat baik. Bahkan seorang bapak yang senantiasa memberitakan pencapaian anak-anaknya yang sudah selesai pendidikannya dan sudah hidup mapan. Seorang ibu yang membangga-banggakan suaminya atau anak-anaknya yang serba baik-baik semua. Apa yang disampaikan mereka itu barangkali memang benar begitu adanya. Sama benarnya dengan si bapak yang menyumbang di mesjid dan menyembunyikan namanya dengan hamba Allah, tapi kemudian mempertontonkannya dengan isyarat agar orang lain tahu. Mungkin dia membantah kalau dia ingin dipuji, tapi dari apa yang dilakukannya  orang awam akan langsung faham bahwa dia menginginkan pengakuan orang lain atas kebanggaannya.

Banyak cara dan kesempatan untuk tampil exist, apalagi sekarang-sekarang ini. Ada orang yang sengaja mengirim pesan melalui WA jam 2 pagi setiap pagi. Ada yang terang-terangan menimpali dengan mengucapkan selamat menjalankan shalat tahajud. Shalat tahajud pastilah amalan yang sangat terpuji. Tapi perlu pulakah diumumkan? Dipertontonkan? Oh tidak, kita maksudnya mengingatkan anggota grup yang lain. Apa benar demikian? Alangkah akan lebih baik kalau ibadah shalat itu dilakukan diam-diam saja, biarlah Allah dan malaikat saja yang menyaksikan. Karena kalau terbetik di dalam hati kita secercah keinginan untuk pamer, maka itu adalah riya. Itu adalah syirik kecil.

Marilah kita menjaga diri dari sifat dan sikap riya.

****
        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar