Sabtu, 29 Oktober 2016

Singapura

Singapura 

Sudah sangat lama aku tidak mengunjungi Singapura. Yang terakhir sekali adalah di tahun 1989 ketika kami pulang dari Perancis. Sejak itu, kecuali menclok di bandaranya (dua kali), tidak pernah lagi memasuki kota itu, karena tidak ada urusan (pekerjaan). Tapi tiba-tiba pertengahan pekan yang lalu atau tepatnya tanggal 25 Oktober yang lalu aku berkunjung ke sana untuk menghadiri pernikahan seorang kemenakan. 

Yang ingin aku ceritakan bukan perihal pernikahan tersebut, tapi pengamatan tentang kota Singapura. Kecuali bandara Changi yang sekarang luar biasa besar, kenampakan kota ini sepertinya tidak banyak berubah. Dengan jalan-jalan yang lebar dan rapi di kiri dan kanannya. Dengan bangunan rumah susun (apartemen, flat, kondominium) bertebaran di sepanjang jalan. 

Lalu lintas ramai, bahkan ada sedikit macet di sore hari Selasa lalu itu, tapi tidaklah seperti macetnya Jakarta. Pemerintah negeri pulau ini berusaha keras membatasi jumlah kendaraan beroda empat. Hal itu sudah pernah aku dengar sejak 30 tahun yang lalu. Harga kendaraan dibuat mahal. Pajaknya mahal, serta haraga BBM juga mahal. Usia mobil (pribadi) dibatasi hanya sampai sepuluh tahun. Tapi tetap saja banyak penduduk negeri ini yang cukup kaya untuk memiliki mobil. 

Kalau diperhatikan, sebenarnya Singapura ini adalah sebuah negeri kecil yang rapuh, yang tidak mempunyai sumber daya alam yang memadai. Pulau kecil ini bahkan tidak  mampu memberi minum 5 juta penduduknya dengan mencukupi. Maka airpun didatangkan dari Tanah Semenanjung. Masyarakatnya hampir semua tinggal di bangunan bertingkat seperti disebut di atas. Tenaga listrik adalah sebuah kebutuhan mutlak. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi seandainya mereka mengalami gangguan pasokan listrik. Dan listrik dihasilkan dengan pembangkit yang menggunakan gas. Gas dibeli dari mana saja, termasuk dari Indonesia.

Mungkin menyadari serba keterbatasan sumber daya alamnya, Singapura berusaha tampil beda untuk menarik pelancong dan juga pengusaha datang berkunjung. Tampil dengan serba keteraturan, ketertiban dan kebersihan. Dan jaminan keamanan. Hal-hal yang memang sangat menakjubkan. Masalah kebersihan misalnya, dipelihara dan diawasi sangat ketat. Jangan coba-coba meludah sembarangan atau membuang sampah sembarangan. Jika tertangkap pelakunya akan didenda atau bahkan dipenjarakan. Dendanya pasti akan membuat orang berpikir panjang sebelum melanggar aturan. 

Singapura yang ditata dengan disiplin dan keteraturan yang sangat ketat itu menjadi sebuah kota bisnis penting di dunia. 

****      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar