Sabtu, 24 Oktober 2015

Kekejaman Bencana Asap

Kekejaman Bencana Asap   

Bencana asap semakin melebar dan meluas di negara tercinta ini. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua sekarang dideranya. Begitu menurut berita. Sudah jatuh korban meninggal, bahkan sudah beberapa orang seperti yang diberitakan di Riau. Yang jatuh sakit karena gangguan pernafasan sudah terlalu banyak. Dan petinggi-petinggi negeri ini seperti tidak perduli atau mungkin sudah kehabisan upaya. Engku wakil presiden kononnya mengatakan tidak ada lagi dana untuk menanggulangi korban asap. Memang tidak mungkin akan dapat ditanggulangi para korbannya. Bagaimana akan memindahkan 6 juta orang di Riau saja untuk keluar dari derita asap? Dan kemana akan dipindahkan? Sementara tetangga Riau, Sumatera Barat juga tidak kalah parah penderitaannya. Baru saja aku menelpon ke kampung, menanyakan bagaimana keadaan di sana, di kaki gunung Marapi. Dan aku diberitahu bahwa sekolah diliburkan, anak-anak (santri) disuruh pulang ke rumah orang tuanya masing-masing. Karena asap pekat dimana-mana. Masya Allah.

Bencana asap ini melumpuhkan. Jarak pandang hanya beberapa belas meter, di tengah hari bolong. Dan berlangsung berketerusan. Seorang saudara di Padang, sepekan yang lalu merasa bersyukur, karena sesudah turun hujan lebat, udara mulai terasa nyaman. Tapi apa daya, dua hari kemudian, gumpalan asap yang lebih pekat datang kembali. Bandara di Pekan Baru, di Jambi ditutup sudah berminggu-minggu. Palangkaraya di Kalimantan Tengah melaporkan hal yang sama. Asap pekat. Pada saat asap melanda sekolah diliburkan. Tapi asap bukan hanya ada di jalan dan di sekolah. Asap masuk ke dalam rumah. Lebih jauh lagi asap masuk ke dalam paru-paru.

Derita yang sudah berlangsung berbulan-bulan untuk periode ini benar-benar sebuah kezaliman. Kezaliman orang-orang serakah dan fasik. Orang-orang yang tidak punya perasaan. Tega melihat penderitaan berjuta-juta manusia seperti sekarang ini. Mereka bakar hutan yang tadinya adalah paru-paru alam. Setelah kayu-kayunya ditebangi habis-habisan. Lalu bekas hutan rimba itu dibakari untuk seterusnya mereka jadikan kebun kelapa sawit. Yang dimiliki hanya oleh segelintir manusia. Hebatnya negeri ini. Hutan belantara besar diperkosa, dikaveling-kaveling dan dikuasai oleh segelintir orang. Hebatnya pemimpin-pemimpin negeri ini. Yang telah memberikan mandat kepada orang-orang yang berbuat kerusakan tidak tanggung-tanggung. Persis seperti yang difirmankan Allah dalam surah Al Baqarah ayat 11 dan 12. 'Dan apabila dikatakan kepada mereka; 'Janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi,' mereka menjawab; 'Kami sesungguhnya berbuat kebaikan.' 'Ingatlah, mereka sebenarnya berbuat kebinasaan, tetapi mereka tidak mengerti.'

Beginilah jadinya ketika penguasanya tidak perduli. Tidak mau berpikir panjang. Merasa bahwa mereka sedang melakukan pembangunan dengan membabathabiskan hutan-hutan. Menggantinya dengan tanaman yang menurut mereka untuk mendapat keuntungan. Tapi masa bodoh dengan kerusakan yang timbul sesudahnya. Di musim hujan terjadi banjir bandang, tanah longsor. Di musim kemarau mereka bakari hutan. Derita asap kebakaran hutan ini sudah terjadi berulang-ulang sejak sangat lama. Sudah berganti-ganti yang memegang tampuk pemerintahan. Tidak ada satupun dari mereka yang berkuasa itu mampu mengatasi masalahnya. Dan tahun ini sepertinya adalah puncak derita. Sampai kapankah bencana ini akan berlangsung?  

Derita yang sangat memilukan. Memilukan untuk berjuta-juta orang yang tinggal jauh dari pusat api. Lebih memilukan lagi untuk masyarakat yang tinggal di dalam hutan yang dibakar itu. Lebih memilukan untuk hewan-hewan penghuni hutan. Ya Allah, tolonglah kami untuk keluar dari bencana ini....... Aamiin ya Allah....

****                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar