Sabtu, 03 Juni 2017

Penerbangan Yang Agak Meletihkan (2)

Penerbangan Yang Agak Meletihkan (2)   

Ternyata tidak mudah untuk tertidur, meski saat itu sudah jam setengah sebelas malam waktu Perancis. Di Pau aku sudah tidur pada jam segini. Mungkin karena lampu menyala dan hampir setiap orang menonton di layar monitornya masing-masing. Akhirnya aku coba pula mengutak-atik monitor di hadapanku dan akhirnya memilih sebuah filem Afrika, yang ceritanya mengenai istri-istri yang mogok melayani suami. Suaranya tidak begitu jelas terdengar di alat bantu pendengarku, tapi itu tidak penting sangat. Padahal aku biasanya tidak terlalu suka menonton film. 

Sudah lewat tengah malam waktu Perancis, atau sekitar jam lima waktu Jakarta. Aku akhirnya mengantuk juga. Sudah tiga jam sejak kami berangkat dari Schiphol dan saat itu pesawat sedang berada di udara Laut Hitam di sebelah utara Turki. Aku mencoba menghitung-hitung jam berapa nanti akan masuk waktu subuh. Jam tanganku yang tidak pernah aku robah jalannya, tetap menunjukkan waktu Jakarta (untuk memudahkan setiap kali berkomunikasi dengan anak-anak dan cucu-cucu di Jatibening). Menurut hitungan-hitunganku waktu subuh akan masuk antara jam tujuh - jam delapan waktu Jakarta, atau sekitar tiga jam lagi dari waktu saat itu.  

Kakiku terasa sangat tidak nyaman meski sepatu sudah aku lepas. Sepertinya kakiku agak bengkak. Tapi alhamdulillah aku tertidur. Sampai istriku membangunkan, memberi tahu bahwa di luar sudah terlihat cahaya siang, meski belum sempurna terang. Dia membuka penutup jendela sedikit. Lampu-lampu dalam pesawat itu semua mati dan sepertinya semua orang sedang tidur. Aku lihat jam tanganku menunjukkan jam setengah delapan. Kami segera mengerjakan shalat subuh, dengan tetap diawali qabliyah subuh. 

Sesudah shalat aku berusaha menggerak-gerakkan kakiku yang tetap terasa tidak nyaman. Agak lama sampai aku bisa tertidur lagi. Dan terbangun di saat pramugari membagikan sarapan. Sarapan yang alhamdulillah tidak mengandung bahan yang mencurigakan. 

Pesawat itu akhirnya sampai di Kuala Lumpur menjelang jam tiga siang waktu Malaysia. Kami yang hanya transit diharuskan juga keluar dari pesawat. Aku memasang sepatu dengan susah payah. Sepatu terasa sangat sempit. Aku berjalan tertatih-tatih dengan sepatu sempit itu. 

Penerbangan dilanjutkan ke Jakarta. Kami mendarat di Jakarta jam setengah enam sore, sesuai dengan jadwal. Kali ini sepatu tidak muat lagi dipakai dan terpaksa bagian belakangnya diinjak. Aku harus menggendong ransel waktu turun. Istriku yang sebenarnya juga tidak terlalu kuat mengambil alih membawa barang tentengan lebih banyak. Aku berjalan dengan sangat sulit turun dari pesawat. Di depan loket imigrasi, aku diarahkan seorang petugas untuk tidak ikut antrian dan disuruh maju ke loket khusus diplomat yang kebetulan kosong. Petugas itu memberi tahu ke petugas di loket bahwa aku sakit. Rupanya dia melihat aku berjalan sangat tertatih-tatih. 

Alhamdulillah, kami sudah sampai dengan selamat. Si Bungsu yang menjemput kami di bandara. Lewat waktu isya, kami sampai di rumah di Jatibening.

****                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar