Minggu, 21 Mei 2017

Lindt Si Pembuat Coklat

Lindt Si Pembuat Coklat  

Hari Sabtu kemarin kami pergi ke Oloron, sekitar 40 kilometer di baratdaya Pau. Jarak yang sebenarnya sangat dekat. Melalui jalan nasional, jalan raya yang agak berliku-liku. Melalui lahan pertanian dan peternakan dengan ternak sapi dan domba. Dan kadang-kadang melalui hutan pula. Pemandangan seperti ini  memang sangat umum terlihat kalau kita melalui jalan yang bukan tol. 

Apa yang menarik di kota kecil ini? Di sini terdapat pabrik pembuatan coklat dengan merek dagang Lindt. Beberapa hari sebelumnya, waktu kami berbelanja di pasar swalayan besar di Pau, istriku memilih-milih beberapa bungkus cokat untuk dibawa sebagai oleh-oleh, si Tengah langsung nyeletuk, 'kenapa kita tidak pergi mencari coklat ke pabriknya saja?' Dia segera menelpon sang menantu dan menyampaikan ide tersebut. Yang rupanya langsung disetujui oleh suaminya.  

Itulah yang kami lakukan. Berangkat dari rumah jam sepuluh pagi. Udara cukup cerah. Kami langsung menuju ke toko yang terletak di depan pabrik yang cukup besar. Dan kunjungan itu memang dipusatkan ke toko itu. Bangunan toko yang tidak terlalu besar, dipenuhi oleh rak-rak yang penuh dengan berbagai macam produk coklat.

Istriku dan si Tengah sibuk memeriksa kandungan bahan yang terdapat di bungkus masing-masing coklat sebelum memilihnya. Harus diperhatikan betul apakah tertulis kandungan alkohol atau bahan berunsur babi. Menurut si Tengah kita bisa mempercayai informasi tentang kandungan bahan yang dicantumkan di bungkus produk makanan apapun di Perancis. Para produsen sangat berhati-hati dalam hal itu, karena seandainya mereka berbohong, akan sangat besar resikonya.
Cucu kami Hamizan dan Fathimah ikut sibuk melihat-lihat coklat yang bertebaran.  Dan berfoto di belakang patung gambar tiga chef yang sedang mengaduk adonan coklat.

Belanja coklat itu selesai juga akhirnya. Toko yang lumayan besar itu hanya dilayani seorang petugas yang duduk di meja kasir.

Kunjungan itu berakhir sampai di toko itu saja. Tidak mungkin juga kami mengunjungi pabrik yang terletak di belakang toko, karena memang tidak minta izin untuk itu. 

Coklat yang diolah di pabrik itu mungkin saja sebagian berasal dari negeri kita karena pohonnya tidak tumbuh di Perancis. Mereka mengolahnya dengan bersungguh-sungguh dan berhati-hati untuk kemudian dijual ke manca negara. Kenapa di Indonesia kita tidak mengolah buah coklat kita untuk jadi produk seperti yang dilakukan Lindt ini? Entahlah. Mungkin Hamizan dan Fathimah yang akan menjawabnya suatu hari kelak.



                                    









Tidak ada komentar:

Posting Komentar