Minggu, 30 Juli 2017

Perguliran Kehidupan

Perguliran Kehidupan     

Sepekan yang lalu, aku menghadiri undangan pernikahan puteri seorang teman sekantor (dulu). Seperti biasanya, acara pesta seperti ini menjadi sekaligus ajang silaturahim alias reunian dengan teman-teman lama yang dulu sama-sama bekerja di perusahaan yang sama. Biasanya kita berseloroh, dahulu kita bertemu hampir setiap hari, tapi sekarang kita hanya berjumpa di dua kemungkinan kesempatan. Di pesta seperti ini atau di tempat melayat rekan yang meninggal.  

Di antrian untuk bersalaman dengan pengantin aku beriringan dengan seorang mantan senior. Dia ini dulu adalah atasan dari atasanku di pekerjaan. Dia masih sehat di usianya yang hampir sepuluh tahun di atas usiaku. Dia sudah pensiun sejak tujuhbelas tahun yang lalu. Ketika aku tanya apa saja kegiatannya sekarang, dia menjawab dengan santai, sebagai PRT yang langsung diterjemahkannya sebagai pekerja rumah tangga.  

Dulu sebagai atasan dia tentu saja cukup berwibawa. Cukup disegani dan bahkan ditakuti oleh sebagian bawahannya. Yang ujung-ujungnya tentu juga ada yang tidak menyukainya. Karena memang ada rekan yang terpaksa pindah jalur karena tidak tahan berada di bawahnya. Sesuatu yang mungkin sangat biasa saja terjadi di sebuah lingkungan pekerjaan, ketika kita berhadapan dengan seseorang lalu kita menyukai atau sebaliknya tidak menyukainya, dengan alasan-alasan tertentu. Aku sendiri tidak pernah punya masalah dengannya ketika itu.

Inilah sebuah cerminan hidup normal. Kemarin kita berpangkat, berkedudukan, berwibawa. Ternyata pangkat, kedudukan itu tidak langgeng. Tiba-tiba datang saatnya kita harus pensiun, melepas pangkat dan jabatan. Ada orang yang tidak tahan dengan realita seperti ini. Mereka dihinggapi penyakit post power syndrome.  Beruntung sekali jika kita tidak punya sindrom seperti itu. 

Aku merasa sangat beruntung karena di tempat bekerja dulu aku termasuk kelompok pertengahan saja. Tidak pernah mencapai posisi tinggi tapi alhamdulillah juga tidak terlalu di bawah. Pernah punya beberapa orang bawahan, yang selama bekerja dengan mereka, aku memperlakukan mereka sebagai teman sejawat. Ada di antara mantan bawahanku itu bahkan berhasil mencapai kedudukan yang lebih tinggi di perusahaan.

Semua itu sekarang menjadi catatan sejarah dalam hidup kita. Yang telah kita lalui dan sudah tertinggal jauh di belakang.

****          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar