Selasa, 21 November 2017

Demi Waktu

Demi Waktu      

Pada kesempatan ta'lim Ahad ba'da subuh di mesjid komplek kami, ustad membahas tentang penggunaan waktu. Setiap manusia diberi waktu yang sama setiap hari yakni dua puluh empat jam. Manusia menggunakan waktu itu dengan cara berbeda. Waktu yang kita lalui, detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari selama kita hidup. 

Allah bersumpah; Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih. Yang saling berwasiat tentang yang haq. Yang saling berwasiat tentang kesabaran. (Surat Al 'Ashr ayat 1 - 3).

Waktu bagaikan anak panah yang melesat dan tidak pernah kembali. Yang sudah berlalu akan tinggal di belakang, semakin menjauh dari ujung kehidupan. Sangatlah bijak kalau kita pandai mengatur penggunaan waktu bukan saja untuk kepentingan dunia tapi yang lebih utama adalah untuk bekal di akhirat.  

Penggunaan waktu itu bisa bernilai ibadah, atau bernilai kemungkaran atau tidak bernilai apa-apa di sisi Allah. Waktu kita shalat, atau berpuasa atau melakukan ibadah-ibadah maka itulah yang bernilai positif. Sebaliknya ketika kita melakukan hal-hal yang dilarang Allah atau kita berbuat maksiat nilainya adalah negatif. Lalu banyak waktu yang kita gunakan untuk hal-hal yang 'boleh' dilakukan, tidak bernilai ibadah dan tidak pula berupa kemaksiatan. Termasuk di dalamnya ketika kita bekerja, makan minum, berolah raga, bepergian untuk melancong, beristirahat, tidur dan sebagainya.

Kegiatan seperti ini bisa menjadi kegiatan ibadah, jika kita melakukannya dengan membaca bismillah dan tidak berbuat kemungkaran dalam melakukannya. Misalnya waktu kita bekerja mencari nafkah, kita awali dengan bismillah, dalam bekerja itu tidak kita lakukan hal-hal yang mungkar. Maka nilainya jadi ibadah. Makan jadi ibadah ketika kita awali dengan ucapan bismillah dan yang kita makan bukan bahan yang haram. Begitu juga dengan tidur. Disunnahkan untuk berwudhu sebelum tidur dan membaca doa. Maka tidur itu akan menjadi ibadah. 

Banyak orang menggunakan waktunya untuk bermain-main, istilah kerennya untuk bersenang-senang. Seandainya bermain-main itu tidak disertai dengan kemungkaran dia tidak akan menjadi perbuatan dosa. Tapi sangat rentan untuk berubah menjadi dosa ketika kita, karena bermain itu jadi lalai untuk melaksanakan perintah Allah untuk shalat. Atau dalam bercengkerama ketika bermain terlibat dalam ghibah. 

Kita akan ditanyai Allah di akhirat kelak tentang waktu yang kita lewatkan dalam hidup, untuk apa saja kita gunakan. Berapa banyak yang bernilai ibadah dan berapa banyak yang dipakai untuk bermaksiat atau berbuat dosa. Di sanalah kita akan merasakan kerugian seperti yang diperingatkan Allah kalau kita tidak pandai-pandai menggunakan waktu.

**** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar