Selasa, 23 Januari 2018

Penilaian Atas Tempat Makan Di Luar

Penilaian Atas Tempat Makan Di Luar

Sekali-sekali kami pergi jugalah makan keluar. Mulai dari ke restoran atau ke warung-warung sederhana yang direkomendasi oleh..... katakan saja oleh Google. Untuk aneka jenis masakan, tidak melulu masakan Padang. Dan setelah mengunjungi tempat-tempat itu biasanya kami membuat kesimpulan. Ada yang enak, yang kita ingin lagi datang kapan-kapan sesudah itu, ada yang biasa-biasa saja, ada yang kurang atau bahkan tidak memuaskan. Untuk masing-masingnya itu kami mempunyai kode tersendiri.

Yang enak dan memuaskan kita juluki 'masakan kemenakan ayah'. Waktu almarhum ayah mertua masih hidup, beliau sangat menyukai ketupat sayur di sebuah pondok sarapan pagi di jalan Pondok Kelapa. Warung yang kami kenal sejak baru pindah ke Jatibening dan masih bertahan sampai sekarang. Kalau istriku pulang dari mengantarkan aku ke kantor, begitu sampai di rumah ayahnya bertanya, singgahkah kamu tadi di tempat kemenakanku? Ini artinya, apakah kamu mampir membelikan ketupat sayur? Meskipun hanya ketupat sayur, yang ini memang istimewa.

Ada sebuah rumah makan Padang di jalan DI Panjaitan (Cawang) yang dapat predikat masakan kemenakan ayah ini. Sayang rumah makan ini sepertinya kena gusur akibat pembangunan jalan tol Becakayu.

Tempat makan yang dapat predikat masakan kemenakan ayah, biasanya cukup sering dikunjungi. Terjadi juga kadang-kadang rasa masakannya agak meleset dari biasanya. Penyebabnya adalah karena jurumasak yang biasa berhalangan dan digantikan oleh pembantunya. Kami lalu menyebutnya bahwa makanannya sebagai masakan KW2. Kalau masakan KW2 ini ditemukan lebih dari satu kali, alamat kami tidak akan mengunjunginya lagi sesudah itu. Beberapa tahun yang lalu kami mampir di kedai sate terkenal di Padangpanjang. Menurut penilaian kami terjadi penurunan citarasa menjadi KW2 di sana. 

Kalau makanan yang kami santap di sebuah tempat rasanya biasa-biasa saja, tidak terlalu enak meski juga tidak terlalu buruk, kami menyebut nilainya sebagai 'menengah'. Bisa saja kami mengulangi lagi untuk datang tapi jelas bukan dalam waktu dekat.

Lalu kalau rasa masakan itu tidak cocok sama sekali dengan selera kami, tempat makan itu kami juluki 'tidak ada duanya'. Artinya tidak akan ada kunjungan kedua kali ke tempat itu. 

****                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar