Jumat, 25 November 2016

WAG Yang Ternyata Bisa Memutus Silaturrahim

WAG Yang Ternyata Bisa Memutus Silaturrahim   

Kita semakin dipermudah teknologi untuk berkomunikasi. Dengan ponsel kita bisa terhubung dengan sangat mudah kemana saja. Dan hebatnya lagi, sekarang kita bisa bergabung bersama-sama, membuat grup untuk berbagi informasi, berdiskusi, berunding dan sebagainya tanpa mengenal jauh dan dekat. Bumi jadi sedemikian kecil. Yang sedang sangat populer adalah grup dengan menggunakan Whatsapp. Grup Whatsapp bisa teman sekampung, sekomplek perumahan, sealmamater, sekerja, sehobi dan lain sebagainya.  Dan hebatnya, kita bisa jadi anggota dari berbagai grup pada waktu bersamaan. Kalau diikuti maka kita akan disibukkan oleh ratusan celotehan dari semua grup setiap hari.

Di grup WA kita bisa saling sapa. Dari grup yang aku ikuti, memang paling banyak adalah saling menyapa selamat pagi (bisa sampai berpuluh-puluh). Atau mengucapkan selamat ulang tahun. Mendoakan semoga yang sakit cepat sembuh. Menyampaikan ucapan dukacita ketika ada keluarga anggota grup yang meninggal. Yang lebih serius adalah yang menyampaikan pengajian atau tausiyah (sebahagian besar copy paste entah dari mana). Nah akhir-akhir ini yang juga cukup ramai adalah mendukung atau sebaliknya menolak calon yang akan ikut pilkada. 

Sampai saling mendukung dan atau saling menolak calon yang maju pilkada dalam satu grup tentu masih wajar-wajar saja. Masing-masing tentu punya dasar pemikiran kenapa mereka mendukung atau kenapa mereka menolak. Tapi yang disayangkan, ada yang sedemikian fanatiknya dalam mendukung lalu ditentang dengan sedemikian kerasnya oleh yang menolak seorang calon. Tidak hanya sampai di sana, bahkan sampai seperti berdorong-dorongan. Aneh tapi nyata. 

Yang juga jadi ajang perbedaan pendapat adalah tentang sikap penegak hukum di negara kita yang membingungkan. Sepertinya sebagian dari pemegang kunci penegak hukum memang kurang tegas dan terkesan tidak adil. Nah ada yang menilai demikian dan menuntut agar mereka lebih adil. Tapi sebaliknya ada pula yang membela penegak hukum tersebut. Terjadi lagi pro-kontra yang membuat suasana panas di WAG. 

Pro dan kontra seharusnya sesuatu yang sah-sah saja. Tapi mungkin karena terlalu fanatik akhirnya antara sesama anggota WAG terjadi juga gesekan. Di sebuah grup, ada yang akhirnya keluar (left) karena jengkel. Agak sayang kan? Yang lebih ekstrim di grup yang lain, adminnya mengeluarkan anggota yang tidak sepaham dengannya. Ini benar-benar kacau. WAG yang tadinya alat untuk bersilaturrahim meski tempat tinggal saling berjauhan, ternyata akibat situasi politik bisa menjadi pemutus hubungan silaturrahim. Begitu adanya.....

****                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar