Senin, 11 Januari 2016

Menyiapkan Masa Depan

Menyiapkan Masa depan     

Banyak di antara kita yang diajar bercita-cita diwaktu kecil. Biasanya ditanyai, kalau nanti besar ingin jadi apa. Jawabannya bisa segala macam yang terlintas di pikiran kanak-kanak. Salah satu cucuku bercita-cita ingin menjadi dokter gigi dan jadi muazin. Terdengar aneh, tetapi begitu yang ada dalam pikirannya. Banyak orang tua yang menyemangati anak-anaknya dalam mempersiapkan diri untuk mencapai cita-cita.

Seorang ayah menasihati anaknya yang bersekolah di SD dengan ucapan; 'Rajin-rajinlah kau belajar nak, demi masa depanmu.'   Ketika anak itu melanjutkan sekolah ke SMP, kembali sang ayah menyemangatinya dengan kata-kata yang sama. Begitu pula ketika dia memasuki SMA dan seterusnya ketika masuk perguruan tinggi. Rajin-rajinlah. demi masa depanmu. Suatu saat, si anak yang sudah jadi sarjana itu mulai bekerja. Ayahnya masih saja menasihati meski kali ini redaksinya agak sedikit berubah. 'Rajin-rajinlah kau bekerja, demi masa depanmu.' Seterusnya anak itu berkeluarga, lalu mempunyai anak. Nasihat ayahnya  berubah lagi. 'Rajin-rajinlah kau bekerja, demi masa depan anak-anakmu'. Jadi rupanya masa depannya sendiri sudah selesai di saat dia mempunyai anak dan kerajinannya sekarang adalah demi masa depan anak-anaknya.  

Si anak melanjutkan kehidupannya dengan rajin bekerja. Membesarkan anak-anaknya sampai mereka menamatkan pendidikan dan akhirnya mendirikan rumah tangga masing-masing pula. Dan dia, akhirnya pensiun. Di saat itu dia merasa sudah menyelesaikan tugas yang dulu dibebankan ayahnya, agar rajin belajar, kemudian rajin bekerja, demi masa depan. Dan sepertinya inilah masa depan itu. Hari tuanya dengan pencapaiannya yang boleh dikatakan berhasil. Dia berhasil menyelesaikan sekolah, berhasil bekerja, berhasil membina rumah tangga dan terakhir berhasil menyeberangkan anak-anaknya untuk meniti kehidupan seperti yang sudah dilaluinya. 

Betapa banyak orang tua yang pola pikirnya seperti contoh orang tua tadi. Yang mewanti-wanti anak-anaknya agar bersungguh-sungguh dalam berusaha mempersiapkan masa depan. Masa depan yang dimaksud adalah masa depan kehidupan dunia. Aku teringat seorang teman orang Perancis beberapa puluh tahun yang lalu mengomentari betapa beruntungnya anak-anak yang sejak dini sudah dilatih mahir berbahasa Inggeris (dan bahasa Perancis). Hal ini akan memudahkannya nanti dalam perjuangan hidup di masa depan. Begitu kata teman tersebut. Sekali lagi, tentu yang dimaksud adalah untuk mencari kerja di waktunya nanti, akan lebih mudah bagi-anak-anak yang mampu berbahasa Inggeris.

Sangat jarang kita mendengar orang tua yang menasihati anak-anaknya untuk mempersiapkan masa depannya yang lebih jauh. Masa depan di akhirat sana. Seolah-olah, hal itu diserahkan saja langsung kepada yang bersangkutan. Atau diserahkan saja kepada para ustad. Padahal, apalah artinya kehidupan di dunia yang sangat terbatas ini. Seseorang boleh berjaya di dunia, tapi kalau dia tidak punya persiapan untuk akhirat, dia pasti akan rugi dan menderita nanti di sana. 

****                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar