Jumat, 25 September 2015

Musibah Lagi Di Mina

Musibah Lagi Di Mina  

Telah terjadi musibah lagi di Mina. Pada hari 10 Zulhijjah pagi-pagi, ketika jamaah haji, sesudah mabit (bermalam) di Masy'aril Haraam, setelah mereka selesai wuquf di Arafah hari sebelumnya,  lalu bergegas mau melontar jumrah Aqaba. Entah bagaimana persisnya kejadian itu masih belum jelas. Tapi yang pasti telah jatuh korban. Beratus-ratus orang yang terkorban, meninggal dunia di tempat kejadian.

Apapun alasan yang menyebabkan musibah itu, sekali lagi begitulah ketetapan Allah. Seperti itulah takdir Allah. Memang selalu ada kemungkinan untuk terjadi musibah, ketika 3 juta umat manusia berkumpul di suatu tempat,  mengerjakan amalan yang sama pada waktu yang hampir bersamaan. Ketika mereka wuquf, semua ketiga juta manusia itu berkumpul di padang Arafah. Begitu masuk waktu maghrib menandai awal tanggal 10 Zulhijjah semua mereka bergerak meninggalkan Arafah menuju ke Masy'aril Haraam untuk melewatkan malam di sana. Sesudah shalat subuh mereka kembali bergerak meski kali ini boleh ke tempat yang berbeda. Ada yang menuju jumrah untuk melontar. Dan ada juga yang turun langsung ke Makkah untuk thawaf dan sa'i. 

Ruang tempat melontar jumrah itu sebenarnya terlalu kecil untuk didatangi bepuluh ribu jamaah dalam menit yang sama. Dulu, ketika tempat melontar itu hanya ada di satu lantai, menurut berita, sangat sering terjadi musibah, ketika jamaah terjatuh dan terinjak-injak akibat berdesak-desak. Lalu pemerintah Arab Saudi membuat tempat melontar itu menjadi beberapa tingkat untuk mengurangi keberdesakan di satu lantai. Banyak manfaatnya, dan alhamdulillah hal tersebut bisa mengurangi kecelakaan.   

Musibah kali ini, menurut berita terjadi di jalan menuju ke jumrah. Rombongan yang paling di depat terhalang untuk bergerak maju, sementara rombongan lain di belakangnya mendesak terus sehingga terjadilah kekacauan. Harus kita fahami bahwa yang dimaksud dengan rombongan adalah kumpulan ribuan  atau bahkan puluhribuan jamaah.   

Menarik sekaligus menggelikan komentar orang-orang yang tidak faham dengan rukun Islam dan rukun haji dalam menanggapi terjadinya musibah dan antisipasi untuk menghindari terjadinya kejadian serupa. Ada yang mengatakan, kenapa pelaksanaan haji itu mesti pada waktu yang sempit, hanya beberapa hari saja. Kenapa waktunya tidak diperluas selama bulan-bulan haram. Bahkan ada yang mengatakan, kenapa mesti membuang-buang biaya pergi jauh-jauh ke Makkah. Kenapa tidak dibuat saja tiruan ka'bah dan padang Arafah itu di gunung Bromo misalnya. Pernyataan-pernyataan seperti ini tidak perlu ditanggapi.

Berhaji itu adalah wuquf di Arafah, thawaf mengelilingi Ka'bah, sa'i di antara Shafa dan Marwa dan dikerjakan pada waktu yang ditentukan. Kecelakaan atau musibah tidak hanya terjadi pada saat pelaksanaan ibadah haji di tanah haram. Kapal karam atau pesawat jatuh dalam perjalanan ke sana bisa saja terjadi. 

Kita doakan semoga mereka yang terkorban di Mina kali ini diterima ibadah hajinya oleh Allah Ta'ala. Aamiin.    

****                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar