Minggu, 11 Oktober 2015

Teliti Sebelum Membeli

Teliti Sebelum Membeli

Untuk sebagian orang berbelanja adalah sebuah kenikmatan. Nikmat sekali rasanya ketika mampu membeli barang-barang. Apalagi kalau barang-barang itu istimewa mereknya. Entah itu barang perhiasan, pakaian, makanan, mainan atau apa saja. Prinsip untuk membeli seolah-olah disederhanakan melalui jalur, terlihat, lalu tertarik, lalu dibeli. Apakah barang-barang itu benar-benar diperlukan atau tidak, tidak jadi masalah.  

Ada sebuah cerita tentang seseorang yang sedang berpuasa, pergi ke pasar di siang hari, lalu tergoda untuk membeli berbagai macam penganan yang dijual. Semuanya terlihat membangkitkan selera. Dan dia mengikuti godaan itu. Dibelinya berbagai macam jajanan tersebut, untuk nanti dinikmatinya saat berbuka. Begitu beduk maghrib berbunyi, disibukkannya dirinya mencicipi makanan-makanan itu satu persatu. Sepiring kolak, segelas cendol, es sirup, lemang tapai..... Tapi baru sampai ronde keempat ini, suapannya sudah mulai terseok-seok. Masih ada nasi dengan berbagai lauk pauk yang dibelinya tadi siang antri untuk masuk mulutnya. Hanya satu dua suap nasi dengan gulai ayam sudah membuatnya KO. Perutnya sudah tidak menerima lagi. Dia terkapar, dan terlambat shalat maghrib.

Bernafsunya mata untuk berbelanja telah dieksploitir oleh pedagang-pedagang besar di komplek membeli belah raksasa atau yang bahasa kerennya disebut mall. Di sana barang dagangan dipajang sedemikian rupa untuk merayu mata para pengunjung agar tergoda. Semua terlihat serba menarik. Adakalanya dipertunjukkan pula cara menggunakan masing-masing barang-barang itu yang tentunya terlihat canggih. Tidak jarang ada pula rayuan gombal seperti beli dua gratis satu. Atau pembeliannya boleh dicicil yang padahal bersistim riba. Belum lagi kalau ada potongan harga besar-besaran. Pokoknya serangan untuk menaklukkan nafsu membeli datang dari segala arah

Orang-orang yang tidak punya rencana dalam berbelanja, segera jatuh jadi 'korban'. Mereka membeli bukan karena kebutuhan tapi karena salah satu alasan akibat rayuan gombal tadi itu. Karena harganya sedang diskon. Atau karena beli dua gratis satu. Atau karena alatnya terlihat sangat canggih.

Tidak jarang terjadi, barang-barang yang dibeli itu akhirnya tidak dimanfaatkan di rumah. Bahkan alat yang sama sebenarnya sudah mereka punyai. Maka akhirnya jatuh kepada kesia-siaan. Jadi mubazir. Padahal kata Allah dalam al Quran orang yang mubazir itu adalah temannya setan. 

Prinsip berbelanja seharusnya didasarkan pada kebutuhan atas suatu produk. Kalau memang kita memerlukannya tentu perlu dibeli. Dan membelinyapun haruslah dengan hati-hati dan teliti. Dulu ada peringatan di televisi sebelum dan sesudah acara iklan, 'teliti sebelum membeli'. Ketahui benar kualitas dari barang yang akan dibeli. Dan beli seperlunya. Buat apa kita membeli tiga buah barang yang sama hanya karena iming-iming beli dua gratis satu, sementara kebutuhan kita hanya untuk sebuah saja. 

Pedagang tentu saja berusaha keras dengan segala cara untuk menjual  dagangannya. Dari sisi mereka sah-sah saja mereka merayu calon pembeli. Kita yang harus bijak dalam membelanjakan uang.

****
                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar