Senin, 30 Mei 2016

Sesungguhnya Orang Yang Paling Mulia.........

Sesungguhnya Orang Yang Paling Mulia.........       

Seorang rekan bercerita tentang kekagumannya kepada seorang adik kelasnya di Sekolah Dasar dulu, yang sekarang sudah pensiun dari jabatannya sebagai seorang direktur sebuah perusahaan besar. Orang yang diceritakannya itu tinggal di sebuah rumah besar yang sangat mewah. Dia terlihat sangat bahagia. Hari-harinya setelah pensiun diisi dengan kegiatan-kegiatan sosial termasuk melanjutkan hobinya bermain golf dengan rekan-rekan sekerjanya dulu. Sungguh hidupnya sangat mulia sekarang ini, padahal dulu di kampung dia itu sama seperti orang kampung lainnya adalah orang biasa-biasa saja. Dengan kesungguh-sungguhannya belajar, dia menjadi sarjana dari sebuah universitas ternama bahkan sampai meraih gelar kesarjanaan S3 dari Australia. Dan dengan bekal pengetahuannya itu dia berhasil menduduki jabatan tinggi di tempatnya bekerja.

Ada lagi seorang teman lain yang dengan kegigihannya, berhasil menjadi pengusaha garmen besar. Padahal sekolahnya hanya sampai SD saja, lalu kemudian dia langsung terjun ke dunia perdagangan dari kelas pedagang kaki lima. Di usia kurang setengah abad dia sudah kaya raya. Diapun mendapat tempat terhormat dalam pandangan masyarakat berkat kekayaannya yang melimpah ruah. 

Kebanyakan manusia menilai orang yang berhasil dalam pencapaian di dunia adalah orang-orang yang mulia. Orang-orang yang kelasnya berada di tingkat atas. Yaitu orang bangsawan, orang berpangkat, orang kaya. Begitulah pandangan kebanyakan kita. Tapi menurut ketetapan Allah bukan demikian itu yang benar.   

Allah Ta'ala mengingatkan kita bahwa pada penilaian Allah, orang yang paling takwa adalah orang yang paling mulia seperti dijelaskan dalam firman-Nya di dalam surah Al Hujuraat (49) ayat 13, '...... Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa........' Orang yang bertakwa adalah orang yang menjalani kehidupan dengan penuh keberhati-hatian agar tidak keluar dari ketentuan yang sudah ditetapkan Allah. Dia taat dan patuh terhadap perintah-perintah Allah dan menghindar atau menjauhkan dirinya dari apa-apa yang dilarang-Nya. Jadi kekayaan ataupun kedudukan dan pangkat bukanlah menjadi tolak ukur.

Kita mendengar kisah tentang Bilal, muatzin Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang terkenal. Beliau ini tadinya adalah seorang budak. Seorang yang nyaris tidak ada nilainya di sisi manusia karena dia sangat hina. Waktu Bilal masuk Islam, dia disiksa majikannya dengan siksaan luar biasa, dijemur di atas batu padang pasir di siang hari yang panas dan ditindih dengan batu. Seperti itu siksaan yang dilakukan ke atas tubuhnya untuk memaksanya keluar dari Islam. Dia tetap kukuh dalam keyakinannya sebagai seorang Muslim. Akhirnya dia dibebaskan oleh Abu Bakar. Bilal yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau mendengar bunyi terompahnya di surga. Artinya Allah Ta'ala telah memuliakan Bilal sebagai seorang calon penghuni surga. Sementara mantan pemiliknya yang adalah seorang musyrikin Makkah, seorang bangsawan menurut pandangan manusia, dihinakan Allah dengan kematiannya dalam kemusyrikan di perang Badar.  

Oleh karena itu marilah kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi hamba Allah yang bertakwa.

****              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar