Selasa, 14 Juni 2016

Kesejukan Beribadah Berbuah Sakit

Kesejukan Beribadah Berbuah Sakit  

Mesjid mungil di komplek perumahan kami senantiasa diperbaiki kondisinya sedikit demi sedikit. Semangat membuat perbaikan ini lebih kentara sesudah pergantian pengurus mesjid. Sesuatu yang sangat positif, karena pengurus baru berusaha untuk melakukan perbaikan apa saja untuk kenyamanan jamaah beribadah di mesjid ini. Akhir tahun 2015 yang lalu kami mempunyai susunan pengurus baru. Gebrakan pengurus baru adalah merenovasi bagian mesjid dan memasang AC. Alhamdulillah, persis sebelum memasuki bulan Ramadhan, pemasangan AC sudah terlaksana.

Jamaah mesjid tentu saja merasa senang dengan udara sejuk di saat shalat. Namun ada sedikit masalah. Yang bertanggung jawab dengan pemasangan AC menginginkan temperatur ruang tertentu. Inipun sah-sah saja. Hanya tiupan angin AC itu dibiarkan menukik ke bawah. Bagiku, kondisi seperti ini adalah sebuah petaka. Aku sangat tidak tahan dengan angin dingin tiupan AC yang tertuju ke bagian badan. Biasanya aku akan segera masuk angin. Aku minta agar pengaturan arah angin AC dirubah, tidak meniup ke bawah. Entah kenapa, atau mungkin karena sedang berbahagia dengan alat penyejuk udara baru, setiap kali dicoba merubah arah tiupan angin, ada saja tangan lain yang mengembalikan ke posisi semula.

Tiupan angin itu tidak begitu terasa waktu kami shalat. Tapi kebalikannya sangat terasa ketika kami melakukan tadarus setelah shalat tarawih, duduk melingkar di bagian tengah mesjid. Untuk mengatasinya aku menutupi muka dengan kain sorban. Sampai hari kelima tadarus tidak begitu terasa pengaruhnya. Tapi hari Sabtu pagi tiba-tiba terasa tidak nyaman di dada sebelah kanan dan punggung sebelah kanan. Memang begitulah biasanya. Aku sudah 'masuk angin'. Rasa sakit itu semakin bertambah sepanjang hari Sabtu. Terasa menyesak dan nyeri ketika sedang rukuk dan sujud. Shalat maghrib aku masih berusaha hadir ke mesjid. Berbuka hanya sanggup menghabiskan empat sendok nasi. Badan rasanya sangat tidak nyaman dan mual. Waktu isya sudah tidak sanggup lagi ke mesjid. 

Hari Minggu pagi aku dipijit oleh si Sulung di punggung dan di dada yang sakit itu. Tapi ternyata, dalam kondisi lemah seperti ini timbul pula penyakit lain. Bekas pijitan itu makin senut-senut. Yang ini adalah gejala asam urat sedang kumat. Bukan hanya punggung dan dada yang nyeri, tapi juga kedua kaki dan jari kelingking tangan kanan. Ini sangat jelas bagiku sebagai pertanda asam urat.  

Begitu rupanya ketentuan Allah. Aku yang memang tidak bernafsu makan (tapi masih tetap puasa) minta dibuatkan sop sayuran saja untuk sahur dan berbuka. Alhamdulillah, hari ini Selasa, kondisiku sudah semakin baik. Mudah-mudahan Allah menyembuhkan penyakit ini dan mudah-mudahan aku dapat melanjutkan ibadah Ramadhan ini sampai ke penghujungnya. Aamiin....

****                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar