Jumat, 19 Agustus 2016

'Iri Kepada Cucu'

'Iri Kepada Cucu'  

Aku iri kepada cucu-cucuku. Benaran. Rafi dan Rasyid sudah hafal semua surah juz 'amma sebelum naik ke kelas lima dan sekarang sudah menghafalkan dua sampai tiga surah juz ke dua puluh sembilan. Mereka memang diajar dan dilatih secara berkesinambungan untuk menghafalkan ayat-ayat al Quran di sekolah. Hamizan yang berumur enam tahun lebih sudah hafal sejak dari surah Al Balad  (surah 90) sampai surah An Nas dengan bimbingan uminya. Rayyan yang enam tahun kurang sudah menghafalkan enam surah terakhir dengan bimbingan bunda. Ada cucu kemenakan yang berumur tujuh tahun yang juga sudah hafal juz 'amma. Ada lagi cucu kemenakan yang lain yang sekarang kuliah di ITB dan sudah hafal 10 juz. Mereka mungkin bukan yang terhebat hafalannya, karena ada Musa yang sudah hafal al Quran 30 juz di usia 7 tahun. 

Mereka bisa karena dilatih dan disiapkan orang tuanya atau sekolahnya untuk itu. Latihan yang paling dahsyat yang aku dengar adalah yang dialami Musa, yang sejak usia sangat dini (2 atau 3 tahun) dilatih kedua orang tuanya sejak jam tiga subuh setiap hari. Dan hasilnya sungguh luar biasa. 

Ini yang tidak aku miliki ketika kanak-kanak dulu. Kami diajarkan menghafalkan 4 'Qul' di SR, untuk modal dan digunakan dalam shalat lima waktu. Dan kamipun mencukupkan hanya itu. Tidak ada yang mengarahkan agar kami menghafalkan surah-surah pendek yang lain secara terarah. Aku dan mungkin beberapa teman-teman lain terpancing untuk menghafalkan beberapa surah pendek lagi ketika kami ikut shalat tarawih di bulan puasa. Ketika aku sudah jadi mahasiswa, hafalanku mungkin tidak lebih dari sebelas surah di juz 'amma. Pas-pasan untuk digunakan ketika shalat tarawih sendirian sebelas rakaat termasuk witir. 

Waktu bekerja di Balikpapan, kami biasa melakukan shalat tarawih keliling dari rumah ke rumah. Kadang-kadang kami undang ustadz untuk memimpin shalat dan memberi ceramah. Tapi tidak tiap malam. Di malam-malam yang lain kami bergantian jadi imam. Yang rata-rata juga dengan modal ala kadarnya. Bahkan ada salah seorang dari kami, ketika 'dipaksa' jadi imam, tidak sanggup membaca salah satu surah 'Qul' dengan utuh. 

Aku lebih sering dijadikan imam ketika itu. Malu karena surah yang dibaca itu-itu melulu, aku coba menambah hafalan. Tapi ternyata tidak pula mudah. Sangat sedikit kemajuannya. Baru sepulang dari melaksanakan haji di tahun 1990 aku berusaha menghafalkan juz 'amma seutuhnya. Dengan sungguh-sungguh dan berusaha keras. Alhamdulillah berhasil dalam waktu tidak terlalu lama. Sayangnya lagi, setelah menghafalkan itu semua, aku hanya berhenti di sana. Paling ditambah dengan beberapa ayat di surah-surah yang lain, yang aku dengar dibacakan imam seperti beberapa ayat surah Luqman, surah Az Zumar, surah Al Hasyr. 

Pindah ke Jatibening di akhir tahun 1993. Aku selalu shalat berjama'ah di mesjid komplek perumahan kami. Di sini aku sering pula dijadikan imam shalat fardhu. Pelan-pelan aku tambahkan pula hafalan al Quran meski sangat pelan sekali. Karena ternyata tidak mudah menghafalnya. Hafalan-hafalan itu cepat hilang kalau tidak diulang-ulang. Sekarang aku hafal (tapi tidak terlalu mantap) lebih kurang setara dengan 4 juz (2 1/2 juz pertama, 1 juz terakhir dan beberapa surah seperti As Sajdah, Yasiin, Ar Rahman, Al Waqiah dan beberapa lagi). 

Beberapa bulan yang lalu aku menyimak dan membetulkan hafalan Rafi dan Rasyid untuk surah Al Mulk (surah 67), sekarang mereka sudah hafal dua surah lagi sesudahnya (Al Qalam dan Al Haqqah) yang aku belum hafal. Aku bertanya kepada mereka bagaimana cara mereka menghafal. Guru mereka menyuruh membaca setiap ayat sampai dua puluh kali dan setelah itu merekapun hafal. Cara menghafal yang juga pernah aku ketahui dari guru tahfidz sebelumnya. Tapi ternyata kemampuan anak-anak dan orang tua jauh sekali bedanya. 

Aku 'iri' dengan cucu dan dengan mereka-mereka yang mampu menghafalkan Al Quran dengan sangat baik.  

****        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar