Selasa, 24 Oktober 2017

Jangan Mubazir

Jangan Mubazir       

Waktu aku masih kanak-kanak dahulu, nenek kami sangat cerewet mengingatkan kami agar tidak membuang-buang makanan. Ini termasuk di antaranya agar cermat dalam makan, jangan sampai berhamburan nasi ke luar piring yang nantinya akan menjadi remah dan dibuang. Makanan tidak boleh disemena-menakan, dibuang-buang alias dimubazirkan. Mubazir itu adalah perbuatan kawan-kawan setan. Begitu pesan nenekku yang aku ingat sampai sekarang. 

Dan aku berusaha untuk nyinyir pula di tengah keluargaku untuk cermat dalam memperlakukan makanan. Jangan membuang-buang atau memubazirkannya. Dalam kenyataannya tidak terlalu mudah. Seringkali makanan itu berlebih-lebih tidak termakan. Mula-mula kelebihan makanan itu disimpan di kulkas. Tapi seringkali penyimpanan seperti itu hanya tempat transit saja sebelum akhirnya dikirim ke tong sampah. 

Ada saja ibu rumah tangga yang tidak teliti dalam memperhitungkan jumlah makanan yang dimasak untuk anggota keluarga. Padahal seharusnya, karena memasak adalah kegiatan rutin di setiap rumah, tidak sulit menakar sebelum memasak. Agar masakan tidak terlalu banyak yang tersisa, yang seringkali akhirnya terbuang. 

Dalam hal tidak mubazir dengan makanan ini aku pernah melihat contoh sangat baik dari sebuah keluarga Perancis. Sekali waktu aku dan istri diundang ke rumah seorang teman Perancis. Ada dua pasangan lain selain kami yang diundang. Makanan yang disiapkan tuan rumah benar-benar pas untuk kami berdelapan. Mulai dengan salad, sup, makanan utama, makanan pencuci mulut, semuanya pas dan tidak berlebih-lebihan.  Ini berbeda dengan kecenderungan istriku yang kalau menjamu tamu berusaha agar makanan yang terhidang lebih dari cukup. Yang artinya, akhirnya tersisa. Dalam acara keluarga (misalnya arisan keluarga), makanan yang tersisa biasanya pula boleh dibawa pulang para tamu.

Membuang-buang makanan lebih memprihatinkan di tempat-tempat pesta. Ketika para tamu, mengambil makanan berlebihan lalu tidak menghabiskannya. Ini dilakukan seperti tanpa dosa. Pernah aku lewat di tempat pembuangan sampah dan melihat gunungan sisa makanan yang terbuang. 

Sulit untuk menentukan seberapa banyak masyarakat kita yang sangat enteng dalam menyia-nyiakan makanan, terutama ketika mereka hadir di pesta-pesta. Mungkin karena banyaknya ragam makanan, diikuti oleh nafsu yang ingin mencoba segala macam hidangan tersebut. Diambil lalu tidak dihabiskan, ambil lagi yang lain, tidak dihabiskan lagi, begitu seterusnya. 

Alangkah baiknya kalau kita mampu menghindar dari prilaku mubazir. Di jamuan pesta, ambil makanan secukupnya dan habiskan makanan yang diambil itu. Kalau perut masih sanggup, silahkan diambil lagi yang lain, tapi tetap untuk dimakan sampai habis. 

****             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar