Kamis, 31 Maret 2016

Bagaimana Mungkin Menghindar Dari Maut

Bagaimana Mungkin Menghindar Dari Maut

Menurut kisah, di sebuah perjamuan nabi Sulaiman seorang anak muda tanpa sengaja bertatapan mata dengan seorang tamu lain yang tidak dikenal. Pandangan mata orang itu begitu menusuk tajam ke jantungnya dan menjadikan dia sangat tidak nyaman. Tidak lama kemudian orang asing itupun pergi. Anak muda itu bertanya kepada nabi Sulaiman, siapa gerangan orang asing itu. Nabi Sulaiman mengatakan bahwa itu adalah malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa. Dia semakin ketakutan. Jangan-jangan malaikat Israil itu datang untuk mencabut nyawanya. 'Tolonglah Tuanku,' katanya memelas. 'Bukankah Tuanku berkuasa menundukkan angin? Tolonglah suruh angin mengantarkan saya ke negeri yang jauh.' 'Bukankah seandainya kematian itu memang datang menjemputmu engkau tidak akan dapat menghindar?' tanya nabi Sulaiman. 'Tapi saya ingin mencobanya wahai nabi Allah. Saya ingin menghindar ke negeri yang jauh dari sini,' pintanya pula. Permintaannya itu akhirnya dipenuhi. Diapun diterbangkan angin sampai ke negeri Cina.   

Tidak berapa lama kemudian malaikat maut itu datang lagi ke istana nabi Sulaiman. Beliau lalu bertanya, kenapa dia memandangi pemuda tadi dengan begitu tajam. Malaikat Izrail itu menjawab, 'Aku diperintah Allah mencabut nyawanya di negeri Cina. Aku tidak mengerti bagaimana aku akan melaksanakan perintah tersebut sedangkan dia berada di sini. Tapi akhirnya aku faham ketika angin menerbangkannya ke sana. Dan aku telah menyelesaikan tugasku di negeri Cina.'    

Kedatangan maut memang adalah rahasia Allah. Kita tidak tahu kapan, di mana dan dengan cara bagaimana kita akan dijemput malaikat Izrail. 

Cerita lain diceritakan oleh seorang anggota mailing list RantauNet, tentang seorang istri komandan yang akan pulang ke Padang dari Jakarta. Dia ingin sesegera mungkin berangkat untuk sebuah urusan penting. Tapi tiket pesawat yang diperolehnya hanyalah untuk pesawat lebih siang. Di bandara dia bertemu dengan seorang perwira anak buah suaminya yang juga akan ke Padang dan kebetulan mempunyai tiket pesawat yang lebih pagi. Dengan menggunakan wibawa suaminya, dia meminta bertukar tempat. Tapi apa daya, perwira itu keberatan karena dia sudah sangat rindu dengan keluarganya setelah berbulan-bulan di tempat tugas. Istri komandan tidak bisa memaksa lebih jauh, meski jengkel setengah mati. Dia berniat akan melaporkan hal itu nanti kepada suaminya di Padang.

Dan memang itulah yang dia lakukan begitu bertemu dengan suaminya yang datang menjemput di bandara. Dia mengomel panjang pendek atas 'ketidak sopanan' perwira bawahan yang tidak mau bertukar tempat itu. Tapi kata suaminya, 'Pesawat yang ditompangi perwira itu, yang berangkat dua jam lebih awal dari pesawatmu sampai saat ini belum sampai di Padang. Pesawat itu kehilangan kontak sejak beberapa ratus kilometer dari Padang.' Dan ternyata kemudian, pesawat itu memang nahas dan lenyap ditelan lautan Hindia tidak jauh dari pantai Padang. Bahkan tidak satupun mayat penumpangnya berhasil ditemukan. Tidak dapat disebutkan bagaimana perasaan istri komandan setelah mengetahui kenyataan itu. Seandainya dia tadi bertukar tempat...... 

Yang terakhir adalah cerita tentang almarhum ayahku yang dapat tawaran pindah ke Tanjung Pinang sebelum meletus perang PRRI. Sebelum menerima tawaran tersebut, beliau melakukan kunjungan dinas ke sana untuk melihat suasana. Tanjung Pinang saat itu adalah daerah istimewa yang menggunakan mata uang dolar Singapura dan dikenal sebagai kota dambaan banyak orang. Mungkin beliau tertarik untuk pindah, tetapi ibuku tidak. Pertimbangan ibu adalah karena nenek (ibu beliau) sudah tua dan beliau tidak mau berpisah terlalu jauh. Oleh karena itu ayah tidak jadi pindah. Beberapa bulan kemudian meletus perang PRRI dan ayahku terkorban dan meninggal di awal peperangan tersebut.  

Allah telah menetapkan ketentuan untuk setiap orang bagi kematiannya. Tidak seorangpun dapat menghindar dari apa-apa yang sudah ditetapkan-Nya. Meskipun kadang-kadang kita yang masih hidup melihat seolah-olah seseorang itu 'seharusnya' bisa terhindar dari kematian. 

****     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar