Senin, 14 Maret 2016

Menghitung Rekan Yang Sudah Tiada

Menghitung Rekan Yang Sudah Tiada       

Berawal dari kebiasaan teman-teman yang saling bertanya tentang rekan-rekan sekerja dulu, dan menyadari bahwa ada di antaranya yang sudah meninggal, seorang teman di tempat aku bekerja dulu menghitung dan membuat daftar nama mereka yang sudah meninggal dunia. Daftar tersebut dihitung melibatkan teman-teman sekerja sejak sekitar empat puluh tahun yang lalu. Sejak kita semuanya masih muda-muda. Dengan rentang usia sekitar enam puluh sampai delapan puluh tahun bagi yang masih hidup sekarang. Ternyata jumlahnya sangat banyak. Lebih dari dua ratusan orang dari jumlah populasi sekitar 1500 orang. 

Ada sekian banyak orang yang pernah sama-sama bekerja di lingkungan kantor yang sama tigapuluhan tahun yang lalu, sekarang sudah tidak ada lagi. Meninggal dengan bermacam penyakit sebelumnya. Yang terbanyak menurut catatan tersebut dikarenakan stroke. Satu persatu mereka pergi, memenuhi janji yang sudah ditetapkan Allah Ta'ala.

Aku juga pernah menghitung jumlah mereka yang sudah almarhum di komplek tempat tinggal kami, sejak aku ikut jadi penghuni komplek 23 tahun yang lalu. Sudah sekitar lima puluhan orang penghuni duaratusan buah rumah. Banyak di antara mereka adalah jamaah mesjid komplek. Ya, mereka sudah berangkat satu demi satu. Juga dengan bermacam cara dan penyakit sebelum maut menjemput. 

Kitapun dapat mengamati lingkungan yang mana saja di sekitar kita. Mungkin dari karib kerabat terdekat. Orang sekampung. Yang kalau kita amati selama jangka waktu tertentu, sepuluh dua puluh tahun, niscaya akan kita lihat mereka-mereka yang sudah kembali ke hadirat Allah.

Apapun penyakit yang mendahului kematian, yang pasti bahwa kematian tersebut adalah sesuatu yang nyata. Kullu nafsin tzaaiqatul maut. Setiap yang bernyawa pasti akan mati, demikian Allah memperingatkan kita. Tapi adakah kita merenung sedikit bahwa giliran kita juga akan segera sampai? Ini yang agak aneh sebenarnya. Setiap kali kita ikut menyelenggarakan fardhu kifayah, mengurus jenazah saudara atau tetangga kita, sejak dari memandikan, mengafani, menyalatkan dan mengantarkan ke kuburan. Tidakkah kita membayangkan bahwa suatu hari giliran kita akan sampai, dan kitalah yang difardhu-kifayahkan.

Ada seorang rekan senior yang mengatakan bahwa seratus tahun yang lalu kita tidak ada dan seratus tahun ke depan kita akan kembali tidak ada. Memang demikian adanya. Seratus tahun yang lalu hampir semua 7.5 milyar manusia penghuni bumi sekarang ini belum ada. Lalu seratus tahun yang akan datang kesemuanya akan kembali tidak ada. Dan inipun diingatkan Allah dalam firmannya; 'Kenapa kamu kafir kepada Allah padahal kamu sebelumnya tidak ada, lalu kamu dihidupkan, lalu kamu dimatikan, lalu kamu dihidupkan kembali dan kepada-Nya kamu akan kembali.'  (Al Baqarah ayat 28). 

Urusan paling besar adalah ketika kita nanti kembali kepada Allah untuk dihisab. Diperhitungkan segala amal perbuatan kita selama kita hidup di dunia ini. Hendaknya kita memperhitungkan pula, apa yang sudah kita peroleh selama keberadaan kita dalam kehidupan ini. Dan apa yang akan kita dapatkan setelah kita nanti kembali kepada Allah ketika Dia meminta pertanggungan-jawaban atas segala perbuatan kita. 

****                                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar