Jumat, 18 Desember 2015

Ketika Empat Cucu Dikhitan

Ketika Empat Cucu Dikhitan  

Kita lebih mengenalnya dengan dikhitan. Bahasa lainnya disunat. Bahkan ada yang menyebutnya disunat rasul. Anak laki-laki biasanya disunat ketika mereka berumur sembilan sepuluh tahun. Itu dulu, ketika aku disunat. Cerita tentang sunat bisa macam-macam. Yang lebih tua sesuai dengan pengalaman mereka biasa menakut-nakuti yang belum disunat. Lagi-lagi itu dulu, ketika aku belum disunat, setengah abad lebih yang lalu. Tapi sekarang tidak ada lagi anak-anak yang ditakut-takuti. 

Rafi dan Rasyid memang direncanakan akan disunat sekarang-sekarang ini. Setelah melalui penjelasan yang panjang dan memadai. Sehingga mereka faham tentang sunat. Ketika mereka bertanya apakah disunat itu sakit, dijawab apa adanya. Memang sakit (sedikit) tapi sekarang sudah banyak obat untuk menghilangkan rasa sakit. Dan bersunat itu yang jelas wajib dijalani. Akhirnya mereka siap secara mental. Hamizan yang jauh-jauh datang dari Pau juga sudah disiapkan mentalnya. Begitu juga yang paling kecil, Rayyan. Meskipun dua yang terakhir ini mungkin tidak seutuhnya faham. Buktinya Rayyan, protes keras dan berontak waktu berada di ruangan operasional dan melihat jarum suntik. Terjadi sedikit heboh, walau akhirnya terlaksana juga.

Keempat-empatnya disunat hari Kamis kemarin. Alhamdulillaah. Sampai di rumah, masing-masing dengan wajah yang berbeda. Ada yang sedikit meringis dan ada yang santai. Urusan jadi agak rumit tatkala pengaruh obat bius pelan-pelan berakhir dan mereka merasa sakit dan perih. Syukurlah bahwa yang kesakitan masih bisa dibujuk. Diajak banyak-banyak berzikir mengingat Allah. 

Disunat sekarang rupanya memang lebih sederhana cara perawatannya. Mereka dipakaikan celana dalam dengan pelindung khusus. Ada obat penahan rasa sakit. Di antara mereka berempat, abang Rasyid terlihat yang paling santai. Ditanya apakah dia tidak merasa sakit, dijawabnya, sakit juga tapi Asyid tahan. Hamizan lebih banyak mengeluh dan menangis, tapi ketika diingatkan untuk mengulang-ulang hafalan surah-surah pendek masih mau mengerjakannya. Rayyan yang paling kecil juga berusaha menahan rasa sakit dengan caranya sendiri, dengan tidak banyak mengeluh tapi wajahnya terlihat tegang.
  
Tidak ada pesta khitanan karena kedua pasang orang tua mereka tidak mau membuat pesta seperti itu. Tapi ada hadiyah uang dari inyiak dan nenek, dari uti dan akung Izan, dari inyiak Dedi. 

Sekarang di hari ketiga semua sudah terlihat cerah dan tidak terlihat lagi kemurungan karena menahan sakit. Mudah-mudahan mereka semua semakin faham tentang Islam dan menjadi hamba-hamba Allah yang shalih dalam kehidupan mereka.

****

(Photo-photo diambil di rumah inyiak sebelum berangkat ke tempat sunat)            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar