Senin, 19 September 2016

Makassar

Makassar    



Untuk pertama kalinya aku mengunjungi kota Makassar hari Jum'at tanggal 16 September yang lalu. Mengunjungi, masuk ke dalam kotanya. Karena mampir di bandaranya sudah pernah aku alami bahkan sampai sembilan kali di tahun 1975. Ya, lebih empat puluh tahun yang lalu. Waktu itu aku bekerja di Petromer Trend yang lapangan minyaknya terdapat di sebelah selatan kota Sorong di Papua. Dalam perjalanan pergi dan pulang kami selalu singgah di bandara Sultan Hasanuddin waktu itu.

Kali ini kami serombongan besar keluarga berkunjung dan menginap di kota Makassar selama dua malam. Kami menghadiri pernikahan cucu (dari sepupuku). Cucu kami, gadis Minang asli, disunting pemuda Bugis dari Makassar. Akad nikah dan resepsi pernikahan diadakan pada hari Sabtu siang. Hari Jum'at malam ada acara adat Bugis, menasihati calon pengantin. Mirip dengan acara malam bainai di adat Minang. 


Acara pernikahan maupun resepsinya berjalan sangat lancar. Alhamdulillah. Hari Sabtu sore, karena acara pesta sudah selesai, kami dibawa berjalan-jalan mengunjungi tempat-tempat terkenal di kota Makassar. Kami kunjungi benteng Fort Rotterdam, yang mulanya adalah benteng pertahanan kerajaan Gowa. Benteng tersebut dibangun pada tahun 1545 dan dikenal sebagai benteng Jumpandang. Setelah berakhirnya peperangan antara kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin melawan tentara VOC, dan kekalahan Sultan Hasanuddin dalam peperangan itu, maka benteng tersebut diambil alih VOC pada tahun 1667. Sejak itu namanya diganti menjadi benteng Fort Rotterdam.
Setelah itu kami kunjungi pula pantai Losari, persis menjelang masuk waktu maghrib. Kami shalat maghrib di mesjid Amirul Mukminin di tepi pantai. Mesjid yang indah. Konon mesjid ini dijuluki pula sebagai mesjid terapung kota Makassar.       

Hari Minggu pagi kami dibawa mengunjungi objek wisata Bantimurung, sekitar 45 km di sebelah timur laut Makassar. Di sini terdapat air terjun dan taman kupu-kupu dan gua batu kapur di atas bukit. Tempat ini cukup ramai pengunjungnya di hari Minggu kemarin.  Sebuah tempat rekreasi yang terurus cukup baik. Banyak pedagang di sepanjang jalan dari tempat parkir ke arah air terjun. Dan banyak pula pedagang asongan menawarkan gantungan kunci dengan kupu-kupu yang diawetkan. Cukup mengagumkan bagiku bahwa tidak ada 'premanisme' yang memaksa-maksa supaya kita membeli dagangannya.    

Jam dua siang kami tinggalkan tempat itu. Dari Bantimurung kami langsung diantar ke bandara Sultan Hasanuddin.  Menurut pemandu kami lebih baik cepat-cepat ke bandara, karena makin sore jalan pasti semakin macet. Jalan itu memang sudah mulai macet sore itu. Alhamdulillah kurang dari jam empat kami sampai di bandara.  Padahal pesawat kami jam setengah delapan malam.

Kunjungan singkat yang berkesan ke Makassar,

****                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar