Selasa, 30 Agustus 2016

Ayam Kampung


Ayam Kampung   

Ini cerita tentang peliharaan ayam kampung. Sekitar dua tahun lebih yang lalu, seorang tetangga menawarkan kepada istriku apakah kami mau memelihara ayam kate. Maksudnya, kalau mau maka akan diberinya sepasang. Istriku bilang mau. Maka datanglah dia pada suatu sore mengantarkan sepasang ayam. Ternyata tidak murni ayam kate, lebih menyerupai ayam kampung biasa. Ayam itupun ditempatkan di dalam kandang burung yang sudah kosong di pekarangan belakang. 


Tidak berapa lama kemudian ayam itu bertelur. Kemudian beranak. Tapi sayang anak pertamanya pada mati dibunuh ayam jantannya. Mungkin karena kandangnya agak sempit. Beberapa bulan berikutnya induk ayam itu kembali beranak. Kali ini yang jantan dipindahkan, sehingga induk dan anak-anak ayam itu aman. Begitulah seterusnya, induk ayam itu beranak setiap empat bulanan. Maka ayam-ayam itupun berkembang biak. Terpaksa dibuatkan kandang yang lebih besar.  

Tidak terasa ayam-ayam itu semakin banyak. Pemeliharaannya hanyalah sekedar diberi makan pagi dan sore. Kandangnya dibiarkan terbuka. Sampai suatu ketika ayam-ayam itu didatangi musang. Hebat juga lingkungan tempat tinggalku ini, masih banyak musang berkeliaran. Sebelumnya, karena di sekitar kandang diberi penerangan, sampai berbulan-bulan tidak pernah ada masalah. Sampai pada suatu malam yang sial  untuk ayam-ayam malang tersebut. Dalam satu malam lima ekor ayam betina dibunuhnya, tapi tidak dimakannya. Ini sebuah keteledoran, karena sebenarnya kandang-kandang ayam itu ada pintunya, tapi selama ini tidak pernah ditutup. 
Tidak ada perawatan khusus untuk ayam-ayam itu. Adik iparku yang juga suka memelihara ayam menyarankan agar ayam-ayam itu diberi kulit bawang. Maksudnya, ketika mengupas bawang untuk memasak, kulit bawangnya jangan dibuang tapi berikan kepada ayam. Wallahu a'lam. Tapi alhamdulillah, ayam-ayam itu sehat-sehat saja. Ada juga yang mati ketika masih anak-anak ayam baru menetas. Ada yang kecemplung ke tempat minum, lalu tidak bisa keluar dan mati di sana. Atau terinjak oleh induknya.
Saat ini ada 30 ekor besar kecil. Lebih sepuluh ekor yang jantan. Setiap pagi heboh bunyi kukuruyuknya. Tidak ada yang dipotong? tanya seorang teman. Tidak tega memotongnya. Kadang-kadang ayam-ayam jantan itu ada juga yang berkelahi. Dibiarkan saja, sampai ada yang kalah.  

Ini bukan pertama kali kami memelihara ayam kampung. Beberapa tahun yang lalu juga pernah kami lakukan dimulai dari sepasang ayam yang tadinya mau dipotong. Sempat berkembang biak jadi belasan ekor, tapi setelah itu berhenti. Penyebabnya  karena ayam-ayam itu berhenti berreproduksi. Pernah terlambat memberi makan. Akibatnya mereka memakan telurnya sendiri. Semua ayam itu jadi pemakan telur. Telur yang baru keluar langsung diperebutkan. 

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar