Kamis, 30 Juni 2016

Muhammad Razzan Haziq

Muhammad Razzan Haziq

Alhamdulillaah, dia telah lahir ke dunia dengan selamat tadi pagi jam 9.31 WIB di sebuah RSIA di Jakarta. Dengan berat 3.3 kg dan panjang 50cm. Muhammad Razzan adalah cucuku nomor enam. Kami menyambut kehadirannya dengan penuh rasa syukur.

Ada sedikit drama pada saat menjelang kelahirannya. Seperti pada tulisan terdahulu, sang Bunda sangat menginginkan melahirkan secara normal pada persalinan ketiga ini. Apa alasannya tentu dia yang paling tahu. Dia mencari informasi dan akhirnya memeriksakan diri serta merencanakan untuk melahirkan di rumah sakit Tambak. Dokter yang merawatnya sudah berpengalaman membantu ibu-ibu melahirkan secara normal sesudah sebelumnya melahirkan dengan operasi. Tingkat keberhasilannya menurut keterangan dokter itu cukup tinggi.

Segala sesuatu sepertinya berjalan aman-aman saja sampai minggu ke 39 kehamilan. Sang bayi sudah mendekati posisi untuk keluar secara normal. Ada sedikit tanda-tanda bahwa dia sudah ingin keluar. Tapi belum maksimal. Dengan kontraksi yang dirasakan si Sulung, sang Bunda. Sampai minggu ke 40 tanda-tanda itu tidak pernah maksimal. Si bayi mendekati posisi mau keluar tapi tetap tidak tuntas. Dokter yang merawatnya memberi batas waktu sampai minggu ke 41. Si Sulung mulai agak cemas. Dia berkonsultasi ke dokter ahli yang lain sekedar mencari pendapat lain. Secara umum pendapat dokter kedua inipun sama. Menurutnya ada beberapa kemungkinan (pendapat) kenapa sang janin tidak masuk utuh ke jalan keluar, namun tidak bisa dibuktikan. Banyak-banyak berdoa kepada Allah, nasihatku. Kita serahkan semuanya kepada Allah.

Malam Selasa (malam ke 23 Ramadhan) si Sulung tidak bisa tidur. Kontraksi semakin sering dan lebih keras dari biasanya. Jam setengah empat menjelang subuh dia diantar suaminya ke rumah sakit. Dia langsung diperiksa. Menurut petugas rumah sakit pembukaan 1. Artinya masih tanda-tanda sangat awal untuk persalinan. Dan dia disuruh langsung tinggal di rumah sakit. Kontraksi berjalan teratur antara jarak waktu lima sampai sepuluh menit. Setiap enam jam diperiksa lagi. Tapi progresnya tidak ada. Sampai Rabu pagi kemarin masih tetap pembukaan 1. Rabu siang naik jadi 2 begitu juga pada malam hari masih di angka yang sama. Hari Rabu itu persis hari terakhir minggu ke 41. Dokter masih menyuruh lanjutkan observasi. Menurut dokter pula keadaan bayinya tidak bermasalah.

Sekitar jam enam pagi tadi suaminya menelpon memberi tahu pembukaan sudah 5. Aku mengucapkan alhamdulillah. Mudah-mudahan penantian si Sulung akan segera berakhir. Aku tetap mendoakan agar kiranya persalinan itu dimudahkan Allah. Tapi dua jam kemudian, suaminya menelepon lagi. Pembukaan 6, namun ada masalah. Si bayi naik lagi alias menjauh dari jalan untuk keluar. Dokter mengatakan, apa boleh buat, akhirnya si Sulung harus dioperasi. Kita semua pasrah. Begitu juga si Sulung. Usaha sudah maksimal tapi rupanya belum diizinkan Allah. 

Kenapa bayi itu naik lagi? Kata dokter, bayi yang akan dilahirkan itu pintar. Kalau ada kemungkinan akan mencelakakan ibunya, dia akan mundur. Tidak terlalu mudah bagiku yang awam untuk memahaminya, tapi begitu keterangan dokter sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya. Lalu apa masalahnya? Ternyata menurut dokter, dinding rahim si sulung di satu sisi mulai menipis. Seandainya si bayi memaksa melalui jalan untuk lahir normal sangat mungkin dinding itu robek. Wallahu a'lam.

Ringkas cerita, operasipun dijalankan. Dan si bayi mungil itu keluar dengan selamat. Alhamdulillah, bayi yang sehat dan montok. Si Sulung terbebas dari ketegangan menunggu kelahirannya.   

****                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar