Senin, 25 April 2016

Gua Hira'

Gua Hira'

Seorang rekan yang sedang melaksanakan ibadah umrah di Tanah Suci, menyempatkan berkunjung ke gua Hira', tempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menerima wahyu pertama (lima ayat awal surah Al 'Alaq). Sebagaimana kita ketahui, gua Hira itu terletak di puncak bukit batu yang cukup terjal, jabal Nur atau gunung Cahaya namanya. Tidak mudah mencapainya karena jalan menuju puncak itu berliku-liku di punggungan bukit batu cadas dengan kemiringan yang cukup terjal pula. Untuk mencapai gua itu mulai dari kaki bukit, menurut yang pernah mendaki ke sana diperlukan waktu sekitar satu jam.  

Ada yang bertanya, bagaimana hukumnya berziarah atau katakanlah berkunjung ke gua Hira'. Apakah itu bukan merupakan amalan yang dibuat-buat? Mengingat tidak ada tuntunan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk melakukannya dan tidak seorang sahabatpun yang mengerjakannya. Ada yang mencapnya sebagai bid'ah. Artinya sebagai amalan yang dibuat-buat. 

Aku berpendapat agak berbeda. Tergantung dari niat kita melakukan kunjungan tersebut. Kalau niatnya untuk berkunjung karena tempat itu mempunyai nilai istimewa, mudah-mudahan tidak termasuk perbuatan yang mengada-ada alias bid'ah. Melainkan perbuatan yang mubah alias boleh-boleh saja. Seperti ketika kita ingin berkunjung ke sebuah musium. Seperti sebuah kunjungan wisata. Akan tetapi kalau kita niatkan bahwa mendaki jabal Nur sampai ke gua Hira' itu sebagai sebuah amalan, apalagi kalau dilafadzkan pula niatnya, 'sengaja aku menunjungi gua Hira' karena Allah Ta'ala......' maka barulah mengada-ada namanya karena tidak ada contoh dari Nabi dan para sahabat beliau untuk berbuat demikian.

Yang perlu diketahui bahwa mendaki gunung Cahaya alias jabal Nur itu menghendaki kondisi fisik yang prima. Gunungnya tidak tinggi-tinggi amat, sekitar 600an meter, tapi terjal dan penuh dengan batu-batu. Seandainya sampai jatuh dan tergelincir akan sangat besar resikonya. Kalau fisik cukup kuat dan keinginan untuk mendaki datang dari hati sendiri silahkanlah dicoba. Tapi jangan karena ikut-ikutan, karena terprovokasi oleh orang lain.  

Di samping gua Hira' di jabal Nur ada pula jabal Tsur, tempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersama Abu Bakar bersembunyi sebelum berangkat hijrah ke Madinah, ketika beliau berdua dikejar-kejar oleh kaum musyrikin Makkah. Jabal Tsur juga sering dikunjungi jemaah yang sedang berhaji ataupun umrah. Seperti jabal Nur, jabal Tsur juga bukit berbatu cadas yang terjal. Sama seperti mengunjungi jabal Nur, kunjungan ke jabal Tsur bagi yang melakukannya tidak lebih dari kunjungan wisata.

Aku sudah beberapa kali berkunjung ke Tanah Haram, setiap kali sempat dibawa berjalan-jalan ke kaki kedua bukit tersebut, tapi belum pernah mendakinya. Pertimbanganku sederhana saja. Aku berada di sana untuk beribadah, maka jangan sampai waktuku untuk shalat berjamaah di Masjidil Haram terpakai untuk kegiatan yang murni wisata.

****                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar