Minggu, 30 Oktober 2016

Dari Tulisan Si Tengah; Melancong Ke Turki

Dari Tulisan Si Tengah; Melancong Ke Turki    

(Puteri keduaku yang saat ini tinggal di Pau Perancis, bersama keluarganya, sangat suka melakukan kunjungan wisata di Eropah sana. Kali ini mereka sekeluarga (suami istri dan dua orang anak) melancong ke Turki. Berikut ini adalah tulisannya sekembali dari kunjungan tersebut.)

"Constantinople shall be surely conquered; how blessed the commander who will conquer it, how bless the army." Hadith Ahmad.

Pertama kalinya gw lihat peninggalan kejayaan Islam yang sudah runtuh adalah waktu mengunjungi Alhambra, istana besar megah dan mesjid Cordoba yang jadi cerita sedih buat semua umat Muslim tentunya, tapi sayangnya tanpa guide. Yang terbentuk di kepala gw adalah pemikiran: "Oh sultan2 itu bermegah2an yaaak!"

Setelah mengunjungi Aya Sofia dan Topkapi dengan guide baru pemikirannya diluruskan. Pertanyaan pertama: kenapa Muhammad Al Fatih yang Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bilang dia adalah pemimpin yang baik, membangun istana besar macam Topkapi?

Jawaban berikut bukti peninggalan yang terlihat: beliau membangun istana ini sebagai kantor kenegaraan. Pada awal2nya dulu istana dibangun sederhana tanpa pajangan2 mahluk tentunya, tempat rapat untuk Sultan dan atau menteri2nya, tempat bertemu dengan tamu2 dari kalangan mana pun, tempat upacara saat pelepasan armada perang, dan tempat keluarga Sultan tinggal yang sangat tertutup bagi yang bukan muhrim yang disebut harem berasal dari kata haram yg maksudnya haram bagi yg bukan muhrim. Harem ini pun terlihat sisa2 bentuk sederhananya yang kemudian seperti semua bagian istana yang lain diubah oleh sultan2 belakangan yang mulai bergaya Eropah. Terlihat kontras memang polesan Eropah yang mulai trend di abad 19 yang ditambahkan ke dalam gaya timur tengah.

 
Melihat sisa2 disain lama yang sederhana sama fungsi ruangan-ruangan dan bangunan-bangunan Topkapi, pemikiran gw berubah dari menilai Sultan yang bermewah2 jadi Sultan yang memang perlu membuat bangunan kenegaraan, tapi tetep sederhana. Lama-kelamaan setelah berganti Sultan demi Sultan, tersebutlah Sultan Abdulmecid I nggak puas dengan Topkapi, terlalu old fashion, ga cocok dengan trend dunia yang lagi euforia sama gaya disain Perancis abad 19... Jadi beliau memutuskan untuk membangun istana baru, Dolmabahce namanya. 

Foto ini adalah gerbang masuknya Dolmabahce palace. Dari gerbangnya udah keliatan desain Eropah. Isinya mewah penuh polesan emas dari emas asli. Yang mendesain interiornya adalah orang yang sama dengan yg mendesain Paris opera.

Pertanyaan kedua: apa yang terjadi? Kenapa tiba2 terlalu Eropah? Bukannya para Sultan itu biasanya dididik dari kecil buat dekat dengan para ulama? 

Jawabannya simple: Sultan Abdulmecid I ini dulu pernah sekolah lama di Eropah, di Perancis tepatnya. Itulah yang akhirnya merubah gaya kesultanan mulai dari pakaian sampai istananya. Brainwashed?? Could be yes could be not. Yang jelas Sultan Abdulmecid tentunya punya pilihan untuk cara berfikirnya sendiri toh?

Untuk biaya pembangunan Dolma bahce palace ini baru lunas sekitar 30an tahun yang lalu. Subhanallaah!!!! Dari tahun1843!!! 

Kemudian lima generasi Sultan setelahnya, maka berakhirlah kekhalifahan Islam yang dimulai dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, didompleng menjadi republik Turki oleh Mustafa Kemal Attaturk.

Pertanyaan ketiga: kemana para ulama saat Sultan mulai membiarkan nilai2 Eropah masuk? Jawaban si guide: ulama-ulama menharamkan dengan cara yang salah, yang gw tangkap maknanya mengharamkan 100% tanpa membiarkan sisi baiknya yang tidak bisa diterima oleh Sultan dan orang2 yang mengatur sultan. Alhasil senjata makan tuan, pemikiran mereka yang harus membiarkan masyarakat terbuka dengan gaya Eropah modern, melahirkan tokoh2 macam Mustafa Kemal. Saat mereka mulai ingat dan kembali mengikuti para ulama, sudah terlalu terlambat. Semua orang sudah terbawa pemikiran Eropah.

Pelajaran yang diambil dengan kacamata orang tua:

1. Didik anak dengan cara Islam. Dengan lingkungan Islam. 


2. Jangan percayakan lingkungan yang salah untuk diri sendiri apalagi untuk anak. Sahabat benar2 jadi cerminan pribadi. Sesuai Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam: berteman dengan penjual parfum; kita kecipratan wanginya atau paling tidak mencium wanginya, berteman dengan tukang besi; kita kecipratan api atau paling tidak terkena panasnya.


3. Saat ulama ditinggalkan, yang berikutnya tinggal kehancuran.


****    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar