Minggu, 22 November 2015

Dari Allah Kita Datang, Dan Kepada-Nya Kita Kembali

Dari Allah Kita Datang, Dan Kepada-Nya Kita Kembali    

Namanya William Wawoh. Dia adalah suami dari adik istriku. Banyak orang yang menanyakan ketika kami berjalan berdua, apakah kami kakak beradik, karena menurut pengamatan orang-orang itu tampang wajah kami mirip. WW asli keturunan Manado, masuk Islam sebelum dia menikahi adik iparku lebih tiga puluh tahun yang lalu. Dia membuat kemajuan demi kemajuan untuk dirinya dalam berislam. Kami sama-sama pergi menunaikan ibadah haji di tahun 2004. Sejak beberapa waktu yang cukup lama dia juga sudah terbiasa melaksanakan shalat fardhu berjamaah di mesjid, dekat tempat tinggalnya di Umban Sari, Rumbai.

Dia mempunyai kegemaran mengendarai mobil jarak jauh. Sudah berkali-kali dia melakukan perjalanan Pekanbaru - Jakarta - Jogya pulang pergi dengan mobil. Lebih kurang dua bulan yang lalu dia melakukan perjalanan yang sama dengan istri dan anak bungsunya untuk route yang sama, setelah mereka gagal bepergian dengan  pesawat udara karena bencana asap tidak memungkinkan pesawat mendarat di Pekanbaru. Rencananya kami akan beriringn dari Jakarta ke Bukit Tinggi dan Pekanbaru di awal bulan November.  Ternyata batal karena kami masih ada masalah yang harus diselesaikan. WW sekeluarga (mereka bertiga) berangkat duluan. 

Kami berangkat sepuluh hari kemudian, melalui Bukit Tinggi dan beristirahat seminggu di kampung. Hari Kamis tanggal 19 November kemarin kami sampai di Pekanbaru. Tepatnya di Umban Sari Rumbai di rumah keluarga WW. Kami berencana akan tinggal di Rumbai sebelum kembali ke Jatibening, yang dijadwalkan mula-mula hari Senin 23 November. 

Sekembali dari perjalanan panjang terakhir, WW agak kurang sehat. Penyakit asmanya agak mengganggu. Meski harus banyak beristirahat, penampilannya sejauh yang terlihat olehku tidaklah serius amat. Kami bisa ngobrol santai. Ada gangguan lain, kakinya agak bengkak. Dia tidak bisa pergi shalat berjamaah ke mesjid. 

Hari Sabtu pagi kami shalat subuh berjamaah di rumah. Aku melihat dia biasa-biasa saja, meski istriku yang shalat di belakangnya melihat dia bernafas agak susah ketika duduk berzikir sesudah shalat. Sesudah shalat subuh, dia beristirahat / tidur kembali. Sebelumnya dia berpesan menyuruh istrinya pergi membeli sarapan ketupat opor ke Pekanbaru. Istrinya pergi ditemani istriku dan anak bungsu mereka. Jam setengah sembilan mereka kembali dan kami mulai sarapan berenam. Aku menanyakan apakah ketupat opor itu tidak terlalu pedas baginya yang dijawabnya, tidak apa-apa. 

Tiba-tiba aku dikagetkan oleh bunyi piring jatuh dan isi piring tumpah. Sesudah suapan kedua, WW tiba-tiba kejang dalam duduknya setelah sebelumnya memanggil istrinya yang duduk persis di sebelahnya. Kami semua kaget dan berusaha mengurut badannya. Dia sudah tidak sadar. Kami berusaha menggotongnya untuk dinaikkan ke mobil untuk melarikannya ke rumah sakit terdekat. Kami berlima tidak kuat dan hanya bisa memindahkannya ke ruang tamu. Aku berlari ke luar rumah mencari bantuan tetangga dan mendapatkan seorang bapak-bapak. Berenam kami mengangkatnya ke mobil. Aku segera melarikan mobil itu ke RS PT CPI di Rumbai. 

Dokter rumah sakit itu bekerja keras mencoba memberi pertolongan. Dokter bersama empat orang pembantunya telah berusaha dengan sungguh-sungguh selama 80 menit. Kami ikut menyaksikan. Akhirnya dokter itu menyerah dan memberi tahu bahwa WW sudah tidak tertolong. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun....    

Begitu cepatnya proses kepergiannya. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosanya dan menerima iman islamnya.....

****

3 komentar:

  1. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Semoga beliau dimuliakan Allah.

    Maut pasti menjemput kepada tiap2 jiwa. Membaca tulisannya serasa tidak percaya, Allah mengambil milikNya pada waktu yg telah ditentukanNya. Manusia tak ada yg tahu.

    Semoga kita menjadi hamba yg senantiasa ingat kpd Sang Pencipta.
    Terimakasih tulisannya telah mengingat saya,

    BalasHapus
  2. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.

    Lebih kurang 40 tahun lalu, sekitar tahun 1974-75an kalau tidak salah ingat, saya satu tempat kost dengan beliau di Jln Kenanga Pekanbaru di rumah pak Simatupang. Wawoh dan Marbun training welding, tapi kemudian dialihkan ke Materials, sedang saya training Production. Sekitar 1979 saya pindah ke Jakarta, dan tidak pernah dengar beritanya lagi sejak itu.

    Kemarin saya baca postingannya Muslim Harahap di group HPC. Satu hal yang membuat saya tertarik adalah doa untuk beliau "Semoga Husnul Khatimah". Saya coba WA teman satu kost dulu pak Atang Herman Sukasah menanyakan apakah Wawoh memang convert ke Islam, tapi belum ada jawaban. Sehinggalah karena rasa senang dan keingin-tahuan saya sampai di blog bapak ini. Dan terjawablah sudah.

    Wawoh, teman yang sangat menyenangkan, begitu kami memanggilnya dulu.
    Selamat jalan kawan. Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa'fuanhu.
    Moga2 Allah ampunkan kita.

    Wassalam,

    Suardy Lumban Tobing

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus