Jumat, 21 Oktober 2016

Cemas Dalam Penantian Pemimpin

Cemas Dalam Penantian Pemimpin     

Banyak orang cemas menjelang selesainya pelaksanaan sebuah pemilu. Cemas kalau-kalau calon yang dipilihnya kalah. Padahal mereka sudah terlanjur sangat 'cinta' kepada calon mereka itu. Bagi mereka calonnya adalah yang paling hebat. Bahkan nyaris-nyaris menyamai kehebatan malaikat. Sampai sebegitunya? Iya, seperti itu yang kelihatan dari setiap komentar dan adu pendapat. Calon mereka itu hebat, suci tanpa cacad sedikitpun. Sementara calon orang lain penuh dengan segala kekurangan

Menyukai dan menyokong seorang calon yang kita nilai baik tentu sah-sah saja. Harusnya itu dapat dilakukan tanpa menistakan calon lain. Tapi yang membuat kita terheran-heran, di sebahagian pemilih berlaku penilaian dengan cara belah bambu. Mengangkat setinggi-tingginya yang mereka sukai lalu menginjak lawannya sampai tak bisa bergerak. Memang unik demokrasi di negeri kita ini.

Yang lebih mencengangkan adalah kuatnya pengaruh sponsor. Pengaruh duit dari orang-orang yang punya kepentingan di belakang pemilihan tersebut. Apakah pernyataan ini mengada-ada? Insya Allah tidak. Sudah pernah terbukti bahwa seorang calon yang dibiayai pemilihannya dengan duit, lalu terpilih, ternyata adalah seorang yang sama sekali tidak berkemampuan. Bahkan sangat memalukan karena tertangkap sebagai pengisap madat. 

Kitapun terheran-heran melihat pro dan kontra antara masing-masing pemilih. Sangat dahsyat kefanatikan sebagian dari mereka dan rasa-rasanya tidak masuk di akal. Setiap kekurangan dari calon mereka yang sebenarnya bisa terlihat dengan mata yang normal, yang tidak dibuat-buat, selalu mereka sangkal. Mereka tuduh orang yang menyebut kekurangan-kekurangan itu sebagai sirik. Tukang fitnah. Pokoknya calon mereka tidak ada cacadnya dan tidak boleh dilecehkan dengan menyebutkan hal-hal negatif tentang dirinya. Calon mereka itu adalah seorang yang super hebat, jujur, penuh perhatian kepada kemajuan negeri.

Namun, mana ada manusia yang sempurna? Yang diagung-agungkan oleh sementara orang itu tetap saja penuh dengan kekeliruan. Keliru bicara, keliru bertindak, keliru memperlakukan masyarakat banyak. Dan semua itu fakta tak terbantahkan.

Jabatan di pemerintahan di negeri kita ini memang sangat menggiurkan. Itulah sebabnya banyak orang bermimpi untuk jadi penjabat, Jadi pemimpin negeri. Karena kalau sudah jadi pemimpin kastanya pasti naik tingkat. Yang berminat mencalonkan diri biasanya rela berhabis-habis membiayai pencalonannya. Atau berkongsi dengan sponsor yang tentu saja ada maunya jika ternyata nanti calon yang disponsorinya menang.   

Setelah selesainya pemilihan, pemimpin yang dipilih itu tidak semuanya mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Bagaimana kita mengetahuinya? Kepemimpinannya tidak membawa perubahan apa-apa bagi masyarakat banyak. Bahkan sebaliknya ada yang justru menjadikan hidup menjadi lebih susah.  

Maka disamping ikut memilih di dalam sebuah pesta demokrasi, sangat sepantasnya kita melibatkan Allah Subhanahuwata'ala dalam mencari pemimpin. Dengan berdoa kepada-Nya agar Allah mendatangkan pemimpin yang amanah, yang mampu membawa kita mencapai kebaikan di dunia dan akhirat. Allah memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, mencabut kekuasaan dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kita memohon kepada-Nya agar Allah menghadirkan pemimpin-pemimpin yang baik menurut pandangan-Nya untuk memimpin negeri kita ini.


****                                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar