Selasa, 12 April 2016

Terjebak Dalam Genggaman WhatsApp.....

Terjebak Dalam Genggaman WhatsApp.....    

Hari ini hampir tidak mungkin kita terbebas dari gadget, dari perangkat komunikasi yang serba bisa. Sebuah alat yang ketika baru muncul hanya merupakan alat bantu untuk berbicara jarak jauh tanpa menggunakan kabel. Kita menyebutnya telepon genggam atau hand phone atau disingkat hape. Alat kecil itu berkembang pesat dari waktu ke waktu. Mula-mula kita dimungkinkan untuk saling berbagi pesan pendek alias sms, sesuatu yang belum dikenal sebelumnya. Alat itu berkembang terus. Hape kemudian  dilengkapi dengan kamera untuk memotret apa saja, di mana saja. Bahkan segera sesudah itu dengan kemampuan merekam video yang hasilnya bisa dikirim segera ke mana saja yang kita mau di sekeliling dunia. 

Lalu hadir kemungkinan berkomunikasi massal dengan BBM dengan menggunakan hape mungil itu. Disusul oleh WhatsApp. Orang banyakpun mulai membuat perkumpulan-perkumpulan untuk saling berbagi informasi. Istilahnya membuat grup. Dan grup ini makin menjamur. Kita bisa menjadi anggota berpuluh grup dengan menggunakan sebuah perangkat. Dan akibatnya, kalau serius mengikuti perkumpulan atau grup  kita akan disibukkan memonitor pesan yang muncul di setiap grup. 

Macam-macam pesan yang dikirim. Ada yang dengan rajin mengirim pesan jam 2 subuh (mungkin maksudnya untuk mengingatkan orang lain melakukan shalat tahajud). Ada yang sedikit terlambat dari itu. Isinya dari ucapan selamat pagi baik yang dengan ucapan sederhana ataupun dengan imej atau dengan kaligrafi. Masing-masing berusaha tampil. Pokoknya heboh. Apalagi kalau ada yang berulang tahun. Ucapan selamat ulang tahun datang bertubi-tubi, ada yang dengan gambar, foto karangan bunga atau foto kue tart. Satu orang memulai ucapan selamat, lalu berpuluh-puluh anggota grup akan mengikutinya. Entah kenapa tidak langsung saja mengucapkannya ke alamat yang bersangkutan. Begitu juga jika ada berita dukacita.

Banyak orang ternyata senang berselfie ria. Ini artinya menjepret foto dirinya sendiri. Dan ada yang begitu rajin mengirim foto selfienya itu di grup. Dengan berbagai pose. Atau dengan berbagai latar belakang untuk menunjukkan bahwa dia berada di mana-mana. Atau sedang difoto dengan orang lain. 


Ada yang rajin mengirim nasihat atau taushiyah. Tiba-tiba banyak orang sudah menjadi ustadz pemberi nasihat yang andal. Pengajiannya disertai dengan ayat-ayat al Quran dan hadits. Namun ada juga yang jahil meski sudah kakek-kakek. Mungkin karena masih merasa muda. Yang  rajin mengirim foto-foto lucah atau foto-foto tidak senonoh. 

Ikut menjadi anggota grup lebih sering karena diundang atau dimasukkan oleh yang membuat grup. Cukup dengan memasukkan nomor hape kita, maka otomatis kita akan terdaftar dalam grup yang dibuatnya. Kitapun bisa keluar setiap saat kalau mau. Saat ini aku menjadi anggota dari sepuluhan grup. Dari grup jamaah mesjid sampai grup satu angkatan kuliah. Akibatnya memory card hape jadi cepat penuh. Kita terpaksa harus rajin-rajin membuang kiriman-kiriman yang tidak perlu baik video ataupun foto-foto. Dan harus pandai-pandai membagi waktu kalau tidak ingin terjebak dalam dunia WhatsApp.


****                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar