Selasa, 19 September 2017

Berterimakasih

Berterimakasih    

Suatu ketika dulu sekali, aku mendapatkan pertolongan dari seorang rekan tanpa aku minta. Aku berangkat dari tempat tinggalku pagi-pagi sekali, melawan cuaca dingin di musim dingin, menuju ke bandara, menjemput istri dan dua anakku (waktu itu mereka baru berdua). Istriku baru saja kembali dari menjemput mereka karena anak-anak itu sangat kesepian, meskipun kami tinggal dengan nenek dan tante-tante mereka. Pertolongan apa yang aku dapat? Sesampai di bandara aku bertemu dengan rekan sekantor (yang lebih senior) dengan istrinya, dan aku bertanya sedang menunggu siapa mereka. Dengan bercanda dia jawab bahwa dia sedang menungguku. Aku tersenyum karena tidak paham maksudnya.

Ternyata dia benar-benar datang untuk menjemput kami (istriku dan anak-anak kami), karena dia memang pernah bertanya kapan mereka akan sampai. Sebuah pertolongan yang sangat ikhlas. Aku selalu mengulang-ulang cerita ini, betapa aku sangat berterima kasih kepada rekan senior tersebut.

Banyak saja kejadian serupa kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Menerima uluran tangan atau pertolongan orang lain baik diminta ataupun tidak diminta. Sejauh mana kita pandai berterima kasih? Terima kasih tentu tidak hanya sekedar ucapan. Tapi juga dengan sikap dan perilaku, bagaimana kita menunjukkan penghargaan terhadapan kebaikan seseorang, dan berusaha untuk berbuat baik pula kepadanya.

Seberapa pandaikah kita berterimakasih? Bukan hanya sekedar mengucapkan kata-kata terima kasih tapi menunjukkan dengan tulus bahwa kita benar-benar menghargai yang dilakukannya untuk kita. Kita berinteraksi, bergaul setiap hari. Mulai dari lingkungan paling sempit di rumahtangga kita. Dengan istri dan anak-anak. Mungkin dengan saudara. Atau dengan orang tua dan mertua. Bahkan dengan pembantu rumahtangga kita sekalipun. Lalu kita saling memberi. Saling menolong. Mulai dengan hal yang sekecil-kecilnya. Seumpama mengambilkan sesuatu yang jauh dari jangkauan tangan kita tapi lebih dekat dari istri. Mungkin kita menganggap hal seperti ini terlalu sepele untuk dihargai dengan ucapan terima kasih.

Kalau tidak membiasakan dari hal-hal kecil, biasanya kita akan memandang enteng juga pada hal-hal yang lebih besar. Mulut kita seperti terkunci untuk mengucapkan terimakasih. Kalau di lingkungan paling kecil kita tidak membiasakan menghargai kebaikan orang lain, di lingkungan yang lebih luas kita juga akan cenderung masa bodoh. Tidak pandai menghargai kebaikan orang lain. Apakah itu di lingkungan kerja, atau di lingkungan bertetangga.   

Berterimakasih adalah sikap mulia. Sikap orang yang pandai bersopan santun. Sangatlah elok ketika kita menunjukkan rasa terimakasih di saat kita menerima budi baik orang lain, sekecil apapun. Dan berusaha membalas kebaikannya dengan kebaikan pula di saat yang memungkinkan.

****                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar