Kamis, 28 September 2017

Diskusi Ceramah Ustadz Di Youtube

Diskusi Ceramah Ustadz Di Youtube  

Seorang jamaah dari ustadz (yang sedang cukup populer di Youtube) bertanya tentang; kenapa ada yang mengatakan bahwa bershalawat kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak seharusnya menambahkan kata sayyidina. Jadi cukup dengan ucapan Allaahuma shalli 'alaa Muhammad (tanpa sayyidina). Jawab ustadz, kenapa tidak boleh? Bahkan Rasulullah sendiri menyatakan bahwa beliau adalah sayyidul mursaliin atau pemuka para rasul...   

Sepertinya jawaban ustadz ini sudah cukup meyakinkan. Namun, bagiku ini masih kurang pas. Aku membaca di dalam kitab hadits Muslim, hadits nomor 361, yang isinya seorang sahabat bernama Basyir bin Sa'ad bertanya kepada Nabi. Kami disuruh bershalawat kepada anda ya Rasulullah, bagaimana caranya kami bershalawat. Lalu Nabi menjawab pertanyaan tersebut dengan membacakan: Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad. Kamaa shallaita 'alaa aali Ibrahim. Wa baarik 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad. Kamaa barakta 'alaa aali Ibrahim. Fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid.'  

Jadi yang beliau ajarkan memang tidak ditambah dengan sayyidina. 

Tapi kan itu bentuk penghormatan kita kepada beliau. Masakan kepada Nabi yang sangat kita cintai kita hanya menyebut nama beliau saja. Biasanya begitu hujjah berikutnya. Lha, yang diajarkan begitu? 

Waktu mengawali shalat kita bertakbir mengagungkan nama Allah dengan ucapan Allahu Akbar. Begitu kita diajarkan oleh Rasulullah. Padahal Allah, Yang Maha Besar juga adalah Yang Maha Tinggi. Lalu apakah kita boleh mengawali shalat dengan bacaan Allahu Akbar wa A'laa..  Tentu tidak boleh karena bukan seperti itu yang diajarkan.  

Mendengarkan ceramah-ceramah (di Youtube) itu seringkali cukup mencerahkan, tapi kita juga harus kritis dalam memahaminya. Sering juga terdengar ustadz-ustadz itu lebih menonjolkan 'kita kan pengikut mahzab.......' dan hanya mencukupkan jawaban seperti itu saja, tanpa dalil dan keterangan yang lebih jelas. Misalnya, ketika mengatakan suatu pendapat tidak dengan merujuk kepada ayat al Quran dan atau hadits shahih, tapi hanya sekedar mengatakan ini adalah pendapat imam.... Seharusnya imam .... itu tentunya juga mendasarkan pendapatnya kepada al Quran dan hadits, tapi oleh sebahagian ustadz itu tidak dijelaskan ayat al Quran atau hadits shahih yang mana. 

****                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar