Jumat, 29 Januari 2016

Kesempatan Yang Hilang

Kesempatan Yang Hilang    

Setiap kita mungkin pernah mengalami kehilangan kesempatan. Kesempatan untuk meraih sesuatu atau mendapatkan sesuatu disebabkan karena ada yang tidak beres. Contoh yang paling sederhana, ketika kita terlambat sampai di stasiun, dan ternyata kereta api yang akan kita tumpangi telah berangkat. Contoh seperti ini adalah kehilangan kesempatan yang nyata. Atau ketika kita menerima surat panggilan untuk mulai bekerja sehubungan dengan lamaran kita ke sebuah perusahaan, namun sayangnya baru kita terima beberapa minggu kemudian.  Ketinggalan kereta mungkin masih dapat kita susul dengan mengambil kereta api berikutnya. Tapi terlambat datang ketika dipanggil untuk bekerja boleh jadi tempat yang tersedia sudah diambil orang lain.

Ada lagi contoh lain tentang kesempatan yang hilang. Yakni ketika kita melewatkan sesuatu karena merasa tidak tertarik. Tapi beberapa waktu kemudian terbukti bahwa kita keliru. Kesempatan dulu itu ternyata sebuah peluang untuk meraih keberuntungan.  Contohnya, ada seseorang menawarkan untuk menjual suatu barang. Misalkan sebidang tanah. Kita punya uang untuk membelinya, cuma masalahnya tidak tertarik. Tanah itu dibeli orang lain. Beberapa tahun kemudian harga tanah itu naik berkali lipat karena di dekatnya dibangun sebuah pusat perbelanjaan.  

Ada orang yang jeli dan sangat berbakat memanfaatkan kesempatan. Kebalikannya ada orang yang tidak pandai memperhitungkan peluang. Memang adakalanya faktor keberuntungan ikut berbicara. Ada dua orang pensiunan, menginvestasikan uang pensiunnya di usaha yang berbeda. Yang satu membeli toko kecil di komplek pertokoan besar. Dicobanya berdagang. Dia berusaha sehati-hati mungkin. Tapi apa hendak dikata, usahanya itu tersendat-sendat dan akhirnya berhenti. Ada yang mengatakan, jatuh bangun di awal usaha itu adalah hal yang biasa dan harusnya tidak boleh kapok. Cuma masalahnya modalnya keburu habis dan dia tidak berani berhutang untuk mencoba lagi. Orang kedua menanamkan uangnya dengan membeli sebuah apartemen di pusat kota. Waktu dia menyetor pembayaran, pembangunan apartemen itu baru akan dimulai. Dua tahun kemudian barulah bangunan itu selesai dan diserahterimakan. Apartemen itu disewakannya kepada orang asing dengan pembayaran dalam dollar. Sejak itu dia memetik hasil sewa secara teratur 

Di awal reformasi, seorang aktivis politik ditawari untuk menyertai bahkan memimpin sebuah partai. Dia menolaknya karena merasa berkiprah di partai tersebut tidak akan menguntungkan baginya. Dia lalu membuat partai baru. Ternyata partai barunya tidak mendapat respons yang memadai dari para pemilih. Waktu diadakan pemilihan presiden (yang waktu itu dipilih oleh anggota MPR) dia tidak mungkin dicalonkan mengingat perolehan suara partai besutannya yang kecil tadi itu. Seandainya dia terima tawaran untuk menjadi pimpinan partai sebelumnya, dia sangat layak untuk mencalonkan diri dan berkemungkinan besar dia akan terpilih.  

Sebuah kesempatan yang hilang adakalanya memang menyakitkan karena kesempatan yang serupa tidak pernah datang lagi.

****                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar