Selasa, 19 April 2016

Omelet Atau Telur Dadar

Omelet Atau Telur Dadar  

Cucuku Rafi sangat menyukai omelet alias telur dadar. Aku mengetahui ketika kami menginap ramai-ramai di hotel dan hadir di restoran hotel untuk makan pagi. Rafi antri sampai 3 kali untuk mendapatkannya. Dan dia memakannya dengan lahap sekali. Padahal apa benarlah istimewanya omelet buatan hotel, yang garam dan ladanya harus ditambahkan sendiri karena sang juru masak boleh dikatakan tidak memasukkannya. Mau jenis omelet apapun yang dipesan, sepengalamanku rasanya selalu tawar. 

Di hotel-hotel, berpuluh-puluh butir telur yang sudah dipecah lalu diaduk dan ditaruh di sebuah bejana berbentuk ember besar. Tukang masak menceduk adonan telur itu setiap kali dengan sendok khusus untuk membuat setiap pesanan. Dia tinggal menambahkan jamur atau bawang atau keju atau apa saja sesuai pesanan sebelum menggorengnya di wajan kecil khusus untuk itu. Seringkali kalau yang memesan terlalu banyak, omelet itu kadang-kadang tidak sempurna matang. Begitu kalau di hotel.

Omelet ternyata bisa jadi dagangan spesial. Seperti di Mont Saint Michel di barat laut Perancis. Ada sebuah kastil kuno di sebuah bukit di tepi pantai yang terkenal dan sering dikunjungi wisatawan di sana. Entah kapan dimulai dan entah siapa yang mengawali, sesuatu yang terkenal di sana adalah omelet yang diberi nama sesuai dengan nama tempat itu, omelette a Le Mont Saint Michel. Apa istimewanya? Telur dan bumbunya diaduk di dalam wadah khusus dengan menggunakan pengaduk telur dan dikerjakan dengan tangan. Tangan yang sedang mengaduk telur itupun jadi atraksi untuk ditonton. Adonan telur dengan bumbunya dimasak (digoreng) dalam penggorengan kecil di atas tungku berbahan bakar kayu. Api ditungku itu dibiarkan selalu besar. Penggorengan mempunyai tangkai yang panjang. Rasanya aku tidak tahu karena tidak berminat mencobanya. Tapi pengunjung lain antri untuk mendapatkannya.  

Di rumah makan Padang namanya telur dadar, dan hampir selalu ikut dihidangkan. Biasanya berbentuk telur dadar tebal dan padat. Untuk membuatnya tebal dan padat itu telur dicampur dengan tepung beras dan kelapa parut yang dihaluskan. Telur yang digunakan adalah telur bebek. 

Di kampungku namanya lain lagi, telur goreng kacau. Dengan bawang merah diiris tipis dan halus, cabe secukupnya, garam secukupnya dan telur itik lalu diaduk alias dikacau sampai rata lalu dicempelungkan ke dalam minyak goreng panas. 

Untuk cucuku Rafi, aku mencoba membuat beberapa versi telur dadar di rumah. Ada yang pakai jamur diiris tipis. Atau pakai kol diiris tipis. Atau pakai nasi panas yang dilumatkan bersama irisan bawang dan cabe serta garam sebelum telur dimasukkan. Dan komentar Rafi? Telur dadar buatan inyiak is the best. Rafi pasti sangat bahagia kalau inyiak menjanjikan akan membuatkan telur dadar.

****                                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar