Senin, 02 April 2018

Ridha Menerima Apapun Ketetapan Allah

Ridha Menerima Apapun Ketetapan Allah   

Ini adalah materi khutbah yang disampaikan seorang khatib dari luar di mesjid komplek kami beberapa waktu yang lalu. Rhidha menerima takdir Allah yang telah berlaku kepada kita yang baik maupun yang buruk. Kebanyakan orang merasa aman-aman dan nyaman saja ketika menerima kemudahan atau keberuntungan tapi sangat tidak siap menerima sesuatu yang buruk. Ketika datang kepadanya anugerah Allah, dia merasa seolah-olah itu adalah sesuatu yang wajar-wajar saja, karena dia merasa sudah berbuat sesuatu sebelum menerimanya. Dan dia bahkan tidak ingat untuk bersyukur kepada Allah.

Akan tetapi ketika menimpanya musibah, entah berupa kerugian dalam perdagangan, entah karena gagal panen di ladangnya, entah karena hilang harta bendanya, atau apapun juga, dia lalu berkeluh kesah. Dia sepertinya tidak ridha dengan musibah yang dialaminya tersebut. Padahal keluh kesahnya itu tidak sedikitpun akan berpengaruh memperbaiki yang sudah ditetapkan Allah. 

Kedua hal yang seperti itu, keberuntungan atau kehilangan sama-sama bisa terjadi setiap saat. Pada waktu menerima anugerah Allah berupa keberuntungan hendaklah kita bersyukur kepada Allah. Karena kalau kita pandai bersyukur atas nikmat Allah, niscaya Allah akan menambah nikmat tersebut. Namun, jika kita kufur, mengingkarinya, tidak bersyukur karena merasa keberuntungan itu adalah hasil jerih payah kita sendiri, maka Allah ingatkan bahwa siksa Allah amat pedih. (Surat Ibrahim ayat 7). 

Sering kita mendengar orang berkeluh kesah, menyesal-nyesali sesuatu yang sudah ditetapkan Allah sebagai hal yang tidak baik baginya. Seseorang menyesali kenapa dulu dia sampai berjodoh dengan si Fulan, yang ternyata selama bergaul sebagai suami istri dengannya hidupnya penuh dengan kesusahan lahir dan bathin. Atau seseorang yang menyesali kenapa anaknya sedemikian nakal sehingga selalu menimbulkan kesulitan.  Padahal berkeluh kesah ataupun menyesal tidak membawa perubahan apapun. Maka seyogianya dia mengembalikan  segala yang menimpanya itu kepada Allah. Dia harus ridha dengan ujian Allah tersebut yang baru setelah itu diiringinya dengan doa permohonan kepada Allah.

'Ya Allah, telah Engkau tetapkan si Fulan menjadi pasangan hidup hamba. Telah Engkau uji kehidupan hamba selama menjadi pasangannya dengan berbagai ujian. Ya Allah, hamba ridha dengan apa yang telah Engkau tetapkan, namun ya Allah, hamba memohon kepada Mu, kiranya Engkau anugerahkan kepada kami kebaikan. Kiranya Engkau jauhkan kami dari segala keburukan dan kesulitan seperti yang sudah lalu.'

'Ya Allah, telah Engkau karuniakan kepada hamba seorang anak, yang lalu Engkau uji hamba dengan kelakuan anak tersebut yang sangat nakal. Ya Allah hamba ridha dengan ujian yang Engkau berikan berupa kenakalan anak hamba tersebut. Hamba telah berusaha mendidiknya dengan sebaik yang hamba bisa, namun hasilnya masih belum mampu memperbaiki perangainya. Ya Allah hamba memohon kepada Mu, kiranya Engkau berikan hidayah kepada anak hamba itu dan Engkau jadikan dia hambamu yang shalih.'  

Hendaknya disadari betul, apapun yang menimpa kita, yang baik atau yang buruk, dia terjadi dengan izin Allah. Maka hendaklah kepada Allah kita kembalikan segala urusan,

****                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar